Selain itu, jika ditelisik secara histori, keluarganya masuk dalam lingkaran biru Kesultanan Ternate. "Dano" adalah salah satu marga yang lekat erat dengan lingkungan keraton.Â
Keputusan ia merantau saat itu bertepatan dengan konflik sara (agama) yang terjadi pada tahun 1999-2000 silam.Â
Ia awalnya meratau di Kota Malang selama beberapa bulan. Setelah dari Malang, ia pindah beberapa tempat sebelum akhirnya memutuskan tinggal di Solo dan tinggal di karangayar. Ia sendiri sudah berkeluarga dengan mempersunting gadis Solo dan  mempunyai dua orang anak.
Sebelum membuka usaha Ikan Bakar Colo-colo, ia awalnya berjualan macam-macam. Salah satunya ayam bakar. Dan baru tiga tahun membuka bisnis ikan bakar. Ia sendiri di sela-sela berjualan, merupakan Abdi Negara yakni TNI.Â
Karyawannya saat ini berjumlah enam orang. Semuanya berasal dari Cilacap dan Wonogiri yang ia gaji sebesar delapan ratus ribu.
Pelanggan ikan bakar colo-colo menurut penuturan, kebanyakan berasal dari timur dan yang sudah pernah ke timur atau pernah mencicipi di suatu tempat.
"Kebanyakan pelanggan yang dulu tinggal di Ternate, ambon, gorontalo dan manado. Kadang ada yang pernah makan di tempat lain di timur. Dari situ ketika lihat ada warung langsung mampir," Ujarnya.
Awalanya ia menjual ikan demersal (cakalang,tongkol dan tenggiri). Namun ketidakpastian harga ikan di pasar karena fluktuatif akhirnya ia memutuskan mengganti ikan dengan ikan dasar. Selain itu, keputusan ia menjual ikan bakar selain cakalang karena kebanyakan ikan cakalang mengandung formalin. sehingga tidak segar.
"Saya bikin perjanjian setelah jual baru bayarm Kalo tidak modal dari mana,".