Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Tambang Digenjot, Ikan dan Pala Cemburu

21 September 2020   06:06 Diperbarui: 22 September 2020   10:08 2517
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Reuters via Kompas.com

Terhitung 5 desa di terkena dampak, yakni Desa Laiuwi, Buton, Anggai, Air Mmangga, dan Desa Ake Gula. Aktivitas lumpuh total, sawah, dan lahan penduduk desa juga ikut jadi korban. Pun dengan gedung pemerintahan semisal puskesmas, sekolah hingga polsek. Sekira 1.500 orang mengungsi. (1)

Selain itu efek dari pengangkutan material juga telah merusak eksositem karang hingga ikan-ikan sulit ditemukan. Nelayan seperti Pak Iwan dan kawan-kawan mencari lokasi lain.

***

Beda halnya dengan Pak Iwan dkk. Imran, salah satu penduduk Desa Kawasi sedang galau. Ia dan warga suatu saat harus meninggalkan rumah mereka karena adanya kesepakatan antara pemerintah dan pihak perusaahaan untuk direlokasi. Belakangan kekhawatiran itu semakin menuncak setelah ada wacana telah diizinkannya pembangunan Taling.

Taling sendiri ialah sisa penambangan yang akan dibuang kelaut. Ia khawatir sebab, rumah yang sudah lama di huni sejak turun temurun akan dipindahkan.

"Kami menolak keras wacana relokasi ini. Sebab sama saja dengan pengusiran secara paksa. Apalagi sekarang kebun-kebun kami sudah tidak ada karena sudah menjadi lahan pertambangan. Kami kerja apa, sedangkan mayoritas pekerja adalah tenaga kerja asing dari Cina," tuturnya kesal di pelabuhan Babang saat hendak menyebrang ke Kota Ternate menengok anaknya yang mengeyam pendidikan di perguruan tinggi.

Ia hanya bisa pasrah walau tetap ada harap dimana ia dan masyarakat selalu menyuarakan tentang penolakan ini. Baginya, Pulau Obi sejak 10 tahun belakangan sudah berubah.

"Dulu kami pikir kedatangan tambang akan bikin torang (membuat kami) sejatera padahal sengsara. Kami menyesal dulu ikut tanda tangan menerima tambang masuk di desa dan iko jual kobong (ikut menjual kebun) pa dorang (ke mereka)," ujarnya.

Waktu itu mereka pikir anak-anak dan mereka sendiri akan sejatera. Karena desas-desus tambang begitu menyilaukan. Kini, hanya penyesalan yang mereka dapati.

***

Sekira Pukul 17.00 WIT pada 2019 lalu, speed boat yang saya tumpangi sandar di salah satu dermaga kayu Tobelo, Kabupaten Halmahera Utara. Saya baru saja menyelesaikan urusan pekerjaan di Kabupaten Morotai.

Sebelum sampai kedepan jalan, saya harus terengah-engah karena jarak pelabuhan dan jalan utama di depan sangat jauh. Melewati sebuah gang sempit dengan jalan yang  becek.

Di kejauhan seorang pria berambut gondrong, berkulit sawo matang dan berbadan tegak sudah menunggu. Sebelum sampai ia sudah berteriak. "Sofifi bos?" 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun