*****
Suatu sore, saya di ajak nonton dan nongkrong. Permintaam itu sudah ku tolak mentah-mentah. Apalagi,setiap ada liris film-film baru hasil produksi Marvel dan DC.Â
Kejadian seperti ini sudah seringkali terjadi. Ajakan-ajakan yang tak bisa di tolak. Kebetulan saat di ajak, dompet saya kempis. Cukup buat beli rokok sebungkus dan makan 3 hari.
Tapi apalah daya godaan begitu kuat. Saya mengiyakan ajakan mereka. Tiket nontton 30 ribu, yap kami memilih weekend di mana harga tiket bioskop pasti naik. Tersisa 20 ribu. Pulangnya, kami makan di salah satu restoran cepat saji. Dan, ludes.
Sebelum kembali kami nongkrong terlebih dahulu, saya mau tak mau harus ngutang. Sembari nongkrong, jepretan kamera selalu hadir. Setalah itu Upload dapat dan dapat like serta komentar. Lumayan, puji-pujian setinggi langit begitu tinggi.Â
Pulangya, mikir ngerokok dan makan apa esok harinya. Wkwkw. Baru nontton, makan dan nongkrong di emperan jalan aja udah segini apalagi pengen ngopi di Mall cafe-cafe mahal, lebih brabe lagi.
Dari tiga cerita di atas, menunjukan bahwa manusia selalu mementingkan gaya hidup ketimbang efisiensi. Saya bahkan gak luput merasa bangga misalnya saat memakai jam tanhan mahal hasil pemberian, nongkrong di HI yang menurut kami super duper mewah, makan di restoran. Ujung-ujungnya posting, dapat like dan komentar biat dapat sanjungan aja wkwkw.
Gaya hidup adalah sebuah problem yang kadang menjerat seseorang melalukan lebih di luar nalar. Â Dengan batas ekonominya, seseorang kadang mendorong lebih maju dari kemampuannya. Dalam istilah ekonomi sendiri ialah lebih besar keinginan daripada kebutuhan.
Dorongan itu juga di picu oleh karakter ia bahkan kita dalam sebuah lingkungan. Misalnya sebuah lingkungan sosial yang selalu membahas dan menggunakan baarang branded akan memaksa anggota komunitasnya untuk tetap menampilkan miliknya yang terbaik. Apalagi, barang-barang yang terbaharukan. Ada semacam nilai prestisius bila memiliki barang yang baru.
Selain itu secara komunal, prespektif masyarakat yang menilai sesuatu dari luar saja juga terbentuk sangat kuat. Mobil mewah, rumah bagus, pekerjaan tetap juga bagian-bagian yang menciptakan ekspektasi bahwa orang-orang tersebut memiliki level diatas rata-rata. Sehingga, untuk melakukan sesuatu akan ada "standar" yang ditetapkan.Â
Atau misalnya, salah satu kawan yang sering berverita tentang penampilan. Bahwa dengan penampilan necis bahkan penipu sekalipun dilayani.