Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pengalaman Menjadi Panitia Kurban

31 Juli 2020   16:29 Diperbarui: 31 Juli 2020   16:23 665
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Menjadi Panitia Kurban penuh suka dan duka. Sukanya, setahun sekali kita melebur menjadi satu, memaknai perayaan ini sebagai refleksi diri dalam berbagi, melatih kejujuran dan kerjasama. Dukanya, beban yang di pikul guna pertanggung jawaban kelak. Selain itu, capek yang di maklumi,"

Pagi hari setelah Shalat Ied. Biasanya tak langsung dilakukan pemotongan hewan kurban . Ada hal yang lebih penting, yakni silaturahmi. Untuk lingkungan kami di mulai pada pukul 10, sementara di Masjid lain juga beragam kadang hari yang sama ataupun esok hari.

Rumah ke rumah di datangi, meminta maaf atas kesalahan sebagai manusia yang tak jauh dari khilaf. Setelah itu, kembali ke rumah. Mengisi perut, istirahat sejenak dan kembali ke Masjid sesuai jadwal.

Proses penyembelihan hewan kurban juga memperhitungkan waktu dan banyaknya jumlah hewan kurban. Semakin banyak, maka lebih baik dilaksanakan secepat mungkin.

Segala persiapan sudah dilakukan 2-3 hari sebelumnya. Pisau, tenda, tempat pemotongan, lokasi hewan kurban, kantong plastik, timbangan (biasanya baru guna menghindari error pada timbangan lama),  siapa yang memotong hingga detail besar maupun kecil.

Setelah dipastikan segala keperluan pomotongan hewan kurban lengkap, imam atau Tamir Masjid akan melalukan pengumuman agar masyarakat di lingkungan kami terutama orang yang berkurban untuk sama-sama ikut menyaksikan penyembelihan hewan kurban.

Hewan kurban kemudian di tarik ke tempat pemotongan. Di baringkan ke atas sebuah ganjalan. Biasanya memakai batang pisang dan balok kayu. Dihadapkan ke arah kiblat.

Disini peran penting pemotong hewan. Pisau atau parangnya benar-benar harus tajam agar hewan yang akan di sembeli tidak tersiksa. Selain itu, orang yang menyembeli tidak sembarangan. Mereka benar-benar orang yang berpengalaman dan mempunyai ilmu penyembelihan. Sebab, yang tak berpengalaman akan menyiksa hewan tersebut.

Dokpri. 2019
Dokpri. 2019
Tugas kami, ialah memastikan penyembelihan berjalan lancar. Menyiram darah, menjaga agar darah tidak keciprat, mengatur jarak warga maupun anak-anak kecil yang menontton dan memindahkan sapi atau kambing ke tempat pengupasan yang tak jauh dari tempat penyembelihan.

Saat penyembelihan ini, saya terkadang terharu. Membayangkan jika ini ialah manusia. Jika Allah Ta'ala tidak mengganti kurban yang di lalukan Nabi Ibrahim As kepada Ismail. Bayangkan saja betapa kuatnya Nabi Ibrahim As saat itu. Kuatnya Taqwa level tinggi dari mereka berdua. Ketaqwaan Ibrahim, Keihlasan  Ismail.

Suasana penyembelihan mengetuk pintu hati. Menyadarkan bahwa kita hanya manusia yang tak punya Kuasa. Suara takbir,tahmid dan tahlil begitu mengharukan. Sebuah refleksi diri sebagai manusia. Sebuah haru setahun sekali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun