Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Asa di Ujung Pesisir

26 Juni 2018   20:50 Diperbarui: 26 Juni 2018   21:20 773
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pelepasan Penyu: Foto, Faisal

"Hari itu masih sangat lah pagi, namun bagi masyarakat desa, pagi adalah cara terbaik menyambut hari. Beraktifitas di seputaran rumah, jalan-jalan keliling kampung, para bapak-bapak yang asik mengobrol sambil menimbang-nimbang aktivitas yang akan dilakukan hari ini, para ibu yang mulai mengebulkan cerobong-cerobong asap dari dapur dan para anak-anak yang asik berlrian di pantai, memancing dan berenang dengan lincah.

Matahari yang mulai perlahan-lahan masuk melalui ventilasi rumah dan udara dingin yang mulai meredup. Saya masih betah di atas kasur yang terbuat dari hasil karya masyarakat dengan bahan dasar buah kapas sebelum teriakan-teriakan anak kecil di depan-depan jalan membangunkan saya. Teriakan itu cukup menyita perhatian saya, salah satu teriakan yang sudah lama tidak saya dengar. "Si rizal mendapatkan anak tuturuga (Penyu) di pantai"

Teriakan ini sekejap membangunkan saya dan kemudian bergegas menemui si anak tersebut. Dengan berbekal sedikit informasi yang saya dapatkan dalm perjalanan menuju rumah anak tersebut, saya harap-harap cemas. Sebab saya tau betul karakter masyarakat desa yang minim pengetahuan tentang betapa terlindungi nya salah satu hewan yang mulai punah tersebut.

Dulu sejak saya menghabiskan masa kecil di desa, aktivitas dan perburuan terhadap hewan ini sangat gencar di lakukan. Sebab hanya Desa ini memiliki garis pantai di bandingkan desa lainnya. Sehingga, setiap musim berproduksi akan sangat mudah menemukan hewan ini.

Masih segar di ingatan saya ketika masyarakat desa menemukan satu-atau dua ekor dalam semalam maka penyu tersebut bisa di katakan bernasib buruk. Dengan pengetahuan yang minim, penyu tersebut akan di sembelih dan kemudian daging nya di bagikan ke setiap warga. Sedangkan telur nya akan di gali dan di konsumsi.

Praktek ini berjalan sampai hari ini, sebab lagi-lagi minimnya pengetahuan dan kesadaran menjaga satwa terlindungi tidak pernah di rasakan masyarakat. Walaupun kampanye perlindungan hewan begitu gencar di lakukan akan tetapi bagi saya, kampanye tersebut belum menyentuh secara merata ke pelosok-pelosok pesisir. Dunia pendidikan yang seharusnya mengajarkan dan memberikan pengetahuan kepada generasi muda pun masih belum menyentuh sama sekali tentang lingkungan.

****

Sesampai nya saya di rumah, apa yang saya risaukan ternyata sedikit benar, darri 100 ekor yang di temukan ternyata hanya menyisahkan 40 ekor. Anak penyu tersebut di tempatkan pada sebuah wadah dan di beri air. Wadah tersebut hanya berisi 12 ekor sedangkan lebih nya, salah satu adik saya telah lebih dulu bergerak untuk mengadvokasi masyarakat agar di kembalikan ke habitat nya, kabar yang gembira bagi saya. 

Penyu yang di pelihara oleh Anak-Anak. dok pribadi
Penyu yang di pelihara oleh Anak-Anak. dok pribadi
Akan tetapi, kabar tersebut tidak bertahan lama setelah mendengar ceplas-ceplos anak-anak yang bersanda gurau karena masih ada sekitar 60 ekor lebih yang sudah di bagi-bagikan ke anak-anak lain nya.

30 Ekor Penyu Yang siap di lepaskan. dok, Pribadi
30 Ekor Penyu Yang siap di lepaskan. dok, Pribadi
Pekerjaan berat menanti sebab, meyakinkan masyarakat terutama anak-anak untuk melepaskan kembali ke lautan merupakan pekerjaan berat. Belum lagi, jika anak-anaka tersebut bersikeras untuk tetap memelihara dan di jadikan sebagai mainan. 

Gerakan advokasi pun di mulai, rumah demi rumah kami masuki dengan beberapa teman mahasiswa. Memberikan pemahaman, meyakinkan dengan berbagai cara sebelum akhirnya separuh dari jumlah yang tersebar kami miliki. Hari itu juga kami lepaskan kembali ke lautan dan berharap agar mereka dapat bertahan hidup dan kembali berkembang biak di pantai yang sama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun