Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Politik

Perjalanan politik dan pelajaran berharga

19 April 2018   18:00 Diperbarui: 19 April 2018   18:17 928
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tulisan ini berawal dari diskusi kecil dengan beberapa teman. Di saat rehat dan penat menghantui aktivitas keseharian dengan laporan-laporan ilmiah sebagai syarat tugas akhir.

Dengan bermodalkan dua gelas kopi, perbincangan kami saat itu di awali dengan sedikit analisis-analisis dunia pertanian kemudian merambat kemana-mana. Sampai akhirnya menjurus pada kondisi kebijakan pemerintah dalam pembangunan pertanian Indonesia.

Sembari menarik benang merah tentang ide-ide yang kami diskusikan, sontak saja salah satu teman melontarkan pertanyaan tentang politik yang membuyarkan benang merah yang kami cari. Pertanyaan nya saat itu adalah, ada apa dengan dunia politik kita? Tiba-tiba muncul berita-berita hoax, isu sara, jegal menjegal sampai pada hal yang tidak patut di pertontonkan oleh pelaku politik di negeri ini?

Pertanyaan ini kemudian menyita perhatian kami ber empat. Menurut salah satu kawan dengan analisis teori klasik dia mengemukaan bahwa politik itu menghalalkan segala cara, sehingga pandangan syafi maarif mengenai bangsa yang mulai kehilangan moral sekarang lagi terjadi. 

Sedangkan, salah satu teman lagi mengemukakan pandangan nya dengan memakai landasan ekonomi liberal berpendapat bahwa politik itu ibarat pasar, dimana dinamika perdagagangan global yaang mengharuskan pasar tanpa intervensi sehingga ekonomi akan berputar sesuai mekanisme pasar. Dalam pandangan nya jika politik dibiarkan mengikuti mekanisme dasarnya sebagai politik tanpa campur tangan yang berlenihan maka kondisi politik akan menyadarkan masyarakat tentang pendidikan politik yang terkonstruk dengan sendirinya lewat informasi yang akurat. 

Walaupun pandangan ini agak nyeleneh karena jika di tarik secara linear tidak bisa di samakan antara pasar dan politik karena selalu akan ada intervensi di kedua ruang ini akan tetapi pandangan ini bisa memberikan pemahaman lebih lanjut tentang perpolitikan di Indonesia.

Kenapa demikian? Karena sejarah perpolitikan nasional kita ibarat bayi yang baru belajar berjalan. Pengetahuan politik kita memasuki fase ruang yang sudah di lewati jauh oleh bangsa-bangsa maju lain nya. Kita masih pada tahap belajar mengenal dinamika politik, walaupun pada sistem perpolitikan menganut konsep demokrasi. Akan tetapi, pada kesimpulan nya kita masih di awal perjalanan. Walaupun umur kemerdekaan hampir memasuki satu abad akan tetapi politik indonesia berjalan secara lambat. 

Lantas apa masalah mendasarnya?. Bagi saya sendiri dalam kesimpulan diskusi singkat kali ini, ketertinggalan dinamika perpolitikan nasional di mulai pada fase orba. Dinamika politik di fase orba membuat kondisi politik tidak berjalan maju juga tidak tetap. jika pada fase orba, praktek politik tidak di tekan dan memberikan ruang bagi semua golongan masyarakat, individu maupun kelompok mengaktualisasikan diri pada konteks kebebasan berpolitik maka saat ini kita sudah akan masuk pada fase berlari atau matang dalam dinamika dan sistem politik.

Ditekan nya ruang politik di masa orba seperti pembatasan pendirian partai, anti kritik serta tertekan nya kebebaaan pers dalam mengalurkan dan memberikan pendidikan politik pada masyarakat telah membuat kondisi politik saat itu mati suri. Adanya partai-partai berkuasa saat itu juga tidak memberikan dinamika yang pasti, karena berada pada lingkaran orba dan pemilik orba. Sehingga pendidikan politik dan rancangan sistem politik hanya berada pada arus melindungi kepentingan kekuasaan yang menjurus pada ekploitasi sumber daya.

Baru pada era reformasi setelah di gulingkan nya kekuasaan orba sistem politik nasional berubah drastis. Dengan mengusung jargon demokrasi, kondisi perpolitikan mulai bebas di mengaum. Partai-partai baru mulai bermunculan, tokoh-tokoh kritis, konservatif juga mulai tampil kedepan.

Fase demokrasi ini menandai permulaan politik langkah pertama dengan sistem baru. Fase dimana pandangan politik tiap golongan di bercampur aduk karena belum ada nya kesepakatan yang tepat. Fase ini menurut saya, lebih di arahkan pada kondisi kekuasaan struktural. Kondisi dimana tiap-tiap partai, dan golongan menancapkan pengaruh pada rakyat. Fase pengumpulan basis dan membangun kekuatan partai. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun