Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pria Tuaku

18 April 2018   14:14 Diperbarui: 18 April 2018   14:11 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku terlahir dari jemari-jemari kokoh yang selalu merangkul.

Aku terlahir dari darat kemudian diajarkan di laut. Diajarkan pantai karang dan dentuman ombak oleh si tangan kokoh itu.

Aku di ajarkan mendayung oleh pria renta yang berjalan pun di hina, di olok. Menaiki ombak dan mengulur pancing.

Aku di ajarkan tentang lautan, tentang kesabaran, tentang perjuangan. Tentang laut dan filosofi manusia. Tentang perahu dan tujuan manusia.

Aku di didik di daratan.

Menggosok parang, menebas hutan.

Mencangkul tanah, menanam benih.

Memanjat pohon menuai hasil.

Oleh pria itu. Pria tua renta berambut uban. Pria yang lagi,lagi jalan pun di hina.makan pun di cela.

Aku di ajarkan tentang hidup pada barisan ayat-ayat indah Ciptaan illahi.

Aku di ajarkan, di bentak, di pukul, hanya agar aku mengenal Alif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun