Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Manusia Robot

23 November 2017   04:47 Diperbarui: 23 November 2017   05:10 1325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apa yang membedakan manusia dengan mahluk ciptakan Allah SWT lainya? Kita akan sepakat manusia memiliki akal dan pikiran. Dari akal dan pikiran ini dapat mengontrol rasa, cinta, sayang, pergaulan sampai diri sendiri.

Pikiran juga bisa membawa diri pada kepekaan akan rasa sosial dan menciptakan pergaulan secara otodidak maupun secara hubungan dengan lingkungan,kelompok dan budaya.

Lantas bagimanakah jika manusia telah menjadi robot? Maka bawaan sosialnya telah mati sehingga tidak menciptakann hakikat dasar dari seorang manusia, yakni mahluk sosial karena perkembangan zaman.

Semenjak era Teknlogi dan Informasi menjadi begitu pesat, kehidupan bertransformasi lebih praktis. Ekonomi, sosial politik dan budaya juga ikut berubah.

Maka,Manusia dalam memenuhi hasrat dan keinginganya dapat dengan mudah di wujudkan. Membutuhkan informasi, membeli makanan, menjalin silaturahim, menemukan teman, kesemuanya secara praktis tersedia pada era ini. Kecanggihan teknologi dan informasi lewat bisnis-bisnis telah membuat manusia menemukan ruang sosial baru. Kondisi ini berbeda terbalik sebelum era berbasis teknologi mulai berkembang.

Pada tahun 90 an kita masih belum mengenal internet, dan berkomunikasi di lakukan melalui  surat - menyurat. bahkan untuk menemukan informasi masih lewat radio, media cetak dan televisi milik pemerintah.

Masuk tahun 2000 an, segalanya berubah. Informasi menjadi lebih terbuka dan kehidupan menjadi lebih kompleks. Dunia bisnis beradaptasi dengan kemajuan teknologi. Pendidikan berinovasi dengan IPTEK. Budaya makin terbuka dan  semakin terkikis akibat serangan-serangan budaya lain.

Perkembangan yang membentuk ruang sosial baru ini melahirkan sistem "interaksi" yang berubah. Sistem ini, telah membawa manusia lupa pada interaksi nyata bahkan menjadi krisis baru yang sering kita hadapi.

Pemandangan yang saya dapati pada gerbong " commuter line" mendasari tulisan ini. Sebab, untuk menemukan teman mengobrol dan berinteraksi dalam gerbong kereta sangat langkah, Sekalipun dalam kesunyian. Karena teman terbaik dalam gerbong kereta sudah di wakili oleh gagdget yang di pegang masing-masing.

Di dalam masyarakat "gerbong" ini, pemandangan atraktif tidak dapat di temukan. Yang nampak hanya kekakuan, berdiri atau duduk mematung tanpa saling sapa bahkan senyum sekalipun.

Tidak hanya di kereta, di pojok-pojok cafe, di tengah keramaian tempat nongkrong pun demikian. Suasana nongkrong yang harusnya menjadi meria lewat cerita-cerita baik cinta, pekerjaan, pergaulan, berubah menjadi kaku, membosankan dan sepi suara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun