Isu kesetaraan selalu menuai kontroversi antra yang pro dan kontra. Karena subjek dan kodrat perempuan hanya berada pada tataran orang kedua dalam lingkungan sosial.Â
Semenjak gerakan deklarasi oleh kaum perempuan pada tahun 1963 lewat resolusi yang di ultimatum langsung oleh badan ekonomi sosial PBB,praktis gerakan kesetaraan mulai di perjuangkan sehingga melahirkan deklarasi dari hasil konfrensi PBB tahun 1975
Saat ini, kesetraan gender benar-benar menjadi agenda global yang tertuang pada program suitanable Development Goals (SDGs)oleh PBB pada tahun 2015 dengan 17 program yang berlaku bagi negara berkembang.
Kenapa negara berkembang? Karena persoalan pembangunan masih menjadi kiat karena bentuk permasalahan pembangunan yang memprihatinkan, terutama pendidikan, kesehatan, kemiskinan dan ekonomi.
Perilaku dunia berkembang juga berada pada taraf praktek berbagai bentuk ketidakadilan sehingga kesempatan membangun negara berkembang didorong dengan program khusus PBB tersebut.
Salah satu conceren pada program seperti yang di singgung diatas adalah mmembangun kesetaraan gender. Â
Perdebatan kesetaraan pada negara berkembang karena bentuk budaya patriarki dalam lingkungan keluarga mapun lingkungan sosial telah mendeskripsikan dan mendiskreditkan mereka pada segala bidang padahal, jika di telusuri secara teliti secara cermat, perempuan memiliki andil dan kontribusi pada segala bidang.
Salah satunya adalah peran perempuan terhadap pembangunan ekonomi pertanian yang cukup besar. Berdasarkan data dari FAO Focus (2009) yang dilansir oleh World Health Organization (WHO), Kontribusi perempuan mampu memproduksi 60 % sampai 80 % pangan di sebagian besar negara-negara berkembang dan bertanggung jawab pada sebagian produksi pangan dunia dengan kontribusi pada setiap subsistem pertanian.
Pentingnya kontribusi perempuan memberikan implikasi bahwa kedepan tantangan untuk membangun ekonomi khususnya pembangunan ekonomi sektor pertanian (agribisnis) dipandang perlu untuk melibatkan perempuan terutama dalam perumusan kebijakan.Â
Pembangunan ekonomi pertanian akan membuka peluang perempuan untuk terlibat lebih jauh. Keterlibatan yang dimaksud adalah jika selama ini perempuan selalu sulit mengakses informasi, keuangan, lahan, maupun sumber daya lain maka dengan pertanian yang sustainable akan memberikan peluang untuk berpartisipasi lebih jauh.
Gender dalam tantangan Pertanian