Mohon tunggu...
H. Sikumbang
H. Sikumbang Mohon Tunggu... karyawan swasta -

“Kau tak pernah tau kapan malaikat pemutus kehidupanmu itu datang, maka mengapa tak kau siapkan bekal amalmu sebaik-baiknya? Mengapa masih berpikir masih ada hari esok, atau sejam, atau semenit, atau sedetik? Sedangkan malaikat berjalan melebihi kecepatan cahaya, jauh lebih cepat dari hitungan sepersekian detik” -- Serpihan Tulisan --

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Cerita Panas

25 Oktober 2010   05:47 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:07 5342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

terdengar ocehan dari peserta tes yang lainnya. Mereka meminta agar langsung saja kepada acara inti. Aku mendengar ocehan mereka tersenyum kecil saja. Aku lantas mendapatkan sebuah pelajaran yaitu ketika kita menjadi seorang pimpinan, kita harus merasakan apa yang dirasakan oleh yang kita pimpin. Jika yang kita pimpin sedang menderita dikarenakan suatu peraturan yang tidak penting, maka peraturan tersebut bisa dilewatkan saja hingga langsung kepada hal yang lebih penting dari yang penting.

aku memang tidak terlalu mendengarkan apa yang bapak-bapak itu bicarakan karena aku merasa itu semua tidak penting kecuali pemeriksaan segel berkas soal. Aku lebih asyik mendengarkan lantunan tembang kenangan yang mengalun indah dikupingku. Sementara teman-teman peserta yang lainnya sibuk mengeringkan keringat yang membasahi tubuh mereka.

akhirnya setelah menunggu dan “kepanasan” sekitar belasan menit, pembagian lembar jawaban dan berkas soal dimulai juga. Teman-teman yang lain kelihatan sangat senang. Terlihat dari ekpresi wajah mereka walaupun tentunya tetap dengan kegiatan sebelumnya yaitu mengeringkan keringat yang membasahi tubuh dikarenakan sengatan sang mentari terasa lebih “panas” dari sebelumnya.

sayang, banyak diantara teman-teman yang tidak sabar dan tidak taat dengan peraturan yang telah dibacakan. Banyak diantara mereka yang mencuri waktu dengan langsung menjawab soal, padahal belum diizinkan. Berdasarkan yang aku dengar dari pembicaran bapak yang berada didepan kami, beliau mengatakan bahwa tidak boleh ada yang mencuri waktu. Entah apa yang difikirkan oleh teman-teman peserta yang mencuri waktu itu. Padahal mereka tadi mendengarkan bapak tersebut bicara sementara aku lebih asyik mendengarkan lagu.

setelah semuanya mendapatkan lembar jawaban, maka sirine tanda pelaksanakan tes tertulis dimulai. Maka kami langsung menjawab pertanyaan yang ada dilembar soal. Disinilah cobaan konsentrasi dan cobaan iman diuji.

pada saat kami mulai mengerjakan sola, sengatan mbak mentari terasa lebih panas dari sebelumnya. Kali ini aku merasakan panas yang tidak biasa aku rasakan. Headset telah kumatikan bersama dengan handphonenya. Peraturan mengatakan bahwa handphone dilarang bersuara atau dilarang hidup agar tidak mengganggu peserta yang lain.

Walaupun aku sedikit “nakal”, semua peraturan harus aku turutu karena dengan peraturan hidup mausia menjadi terarah. Walaupun memang terkadang ada peraturan yang ternyata kulanggar dikarenakan ketidaktahuanku dengan peraturan yang ada.

sepuluh soal pertama aku tidak konsentrasi menjawabnya dikarenakan memang kata-kata yang ditanyakan pada soal tersebut merupakan kata yang baru aku dengar dan juga tentunya “panas”nya sengatan mentari juga membuat konsentrasiku sedikit terganggu. Ternyata bukan hanya diriku saja, disisi kiri dan kananku, lebih banyak peserta yang sibuk mengeringkan keringat ditubuhnya daripada menjawab soal.

Setelah memohon kepada Allah SWT agar diberikan ketenangan hati dan ketentraman jiwa serta cuaca agar sedikit didinginkan, akhirnya aku bisa menguasai keadaan. Pertanyaan aku mengerti dan aku bisa, maka aku jawab dengan tenang. Sementara pada soal yang aku merasa tidak bisa dan tidak mengerti, aku lebih memilih melalukan “all in” dengan mendengarkan kata hati.

semakin waktu beranjak maju, bukannya semakin teduh melainkan semakin “panas” walaupun memang sempat teduh beberapa menit. Hal inilah yang menyebabkan teman-teman peserta tes mulai pindah dari tempat tesnya. Mereka memilih tempat yang dingin yaitu bergeser keatas tribun. Walaupun memang tidak seluruh peserta yang memilih tempat dingin. Ada sebagian peserta yang masih bertahan ditempat yang panas tersebut padahal cuaca mungkin sekitar 34-35 derajat celcius.

tentunya disaat “kepanasan” seperti ini, konestrasi para peserta terpecah. Tindakan dan perilaku sering tidak terkontrol. Banyak peserta tes yang berjenis kelamin wanita salah dalam bertindak. Ada diantara mereka yang kancing bagian atas bajunya terbuka. Ada yang celana dalamnya kelihatannya dan yang lebih parahnya lagi, ternyata diatas aku ada paha seorang wanita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun