Mohon tunggu...
Ogie Urvil
Ogie Urvil Mohon Tunggu... Wiraswasta - CreativePreneur, Lecturer

Orang biasa yang banyak keponya

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Mengilmiahkan Rasa Malas

1 Juli 2016   15:41 Diperbarui: 1 Juli 2016   16:21 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebenarnya rasa malas itu kalo dari sisi ilmiah bagaimana sih ?? Sebenarnya makhluk apa pula rasa malas itu ??

Philip G. Zimbardo, Scott, Foresman (1979) dalam bukunya “Psychology of Life” menyebutkan, kemalasan itu sebetulnya ada yang temporer dan ada yang akut.. Bentuk yang pertama/ temporer bisa berbentuk sebuah keadaan (state) yang bikin kita jadi males.. Misal, karena gaji kecil lantas malas bekerja, karena dosen nggak oke maka si mahasiswa jadi males masuk kelas, atau karena nggak ada duit, maka males ngapa2in.. hehe..

Nah, yang kedua, kemalasan yang bentuknya akut dan bahkan bisa permanen.. Ini bentuk kemalasan yang memang si orangnya sendiri yang menciptakan, dan bisa menjadi karakter / ciri (trait).. Selama si orangnya sendiri nggak mau berusaha mengubahnya, maka selama itu pula kemalasan tipe ini akan bersemayam di dalam dirinya..

Memang kalo dipikir2, nggak ada yang bisa mengobati orang yang terjangkiti penyakit kemalasan akut, meskipun itu motivator selevel dewa sekalipun, kalo orangnya sendiri emang nggak mau berubah.. Pihak luar hanya bisa menyentuh pada level “kesadaran”nya saja, namun pilihan tindakan selanjutnya tergantung pada orangnya masing2.. Semua orang dewasa pasti tau / sadar kalo malas itu nggak menguntungkan, tapi toh pada kenyataannya masih banyak yang “mengadopsinya”.. 

Secara imliah sih, ada sebuah teori untuk melawan rasa malas, yaitu teori locus of control yang dikemukakan sama Julian B. Rotter (1954).. Teori ini berbicara tentang kesadaran penuh manusia dan menjadikan diri sendiri sebagai pusat kendali.. Jadi, kalo kita sadar penuh bahwa diri kita sebagai pusat kendali, meskipun ada pemicu2 kemalasan yang datang dari segala penjuru, kita tetap bisa menolak untuk menjadi pemalas.. Dan Kalaupun masih terjangkiti rasa malas, sifatnya pasti akan sementara / tidak permanen..

Teori locus of control ini juga merujuk pada konsep kausalitas / sebab akibat.. Orang dengan tingkat kesadaran yang tinggi benar2 paham bahwa mereka bertanggung jawab penuh atas hasil tindakan2 dan pilihan2 mereka sendiri.. Jadi kalo mereka milih untuk males (sebab), mereka sadar bahwa ntar hidupnya bisa jadi susah (akibat)…

Untuk sampai pada level “kesadaran” yang tinggi, perlu direnungi dalam2 alasan sebenernya untuk apa kita hidup.. Ada seorang filsuf yang menyatakan: "Seseorang itu belum sepenuhnya hidup, sampai dia mengetahui untuk apakah kehidupannya.."

Ada tulisan dari Pak Super yang sering nongol di TV yang saya suka:
“Pribadi yang malas dan lemah, sebetulnya sedang menyerahkan penggunaan waktunya untuk menjadi semakin terbiasa dengan kemalasan dan kelemahan..  Dan setelah dia sepenuhnya terlatih dalam kemalasan, dia akan menggunakan kemalasan untuk menolak apapun yang bisa memperbaiki kehidupannya yang lemah..”

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun