Mohon tunggu...
Priandona Ogansyah
Priandona Ogansyah Mohon Tunggu... Konsultan - Melampaui setengah abad usia

Berbagi BAHAGIA..

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Murahnya Biaya PHK

25 Februari 2019   17:37 Diperbarui: 25 Februari 2019   17:46 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Akhir-akhir ini saya kerap merenung tentang banyak cerita yang dialami oleh teman-teman baik di kantor, di lingkungan rumah juga di lingkungan beberapa komunitas yang saya ikut. Dan akhir-akhir ini saya pun merasakan dan mengalami hal saya sama dengan cerita teman-teman tersebut.

Begini ceritanya..

Dalam proses berkawan dan berteman tentu tak selamanya kita rasakan manis, serta riang gembira, terkadang sedih dan duka juga menaungi sebuah pertemanan. Namun disanalah kadang sebuah pertemanan akan teruji kualitasnya. Walau faktanya memang membuktikan, banyak teman yang berada disekitar kita saat tengah berjaya, namun akan sedikit bilangannya bila kita sedang berduka. Dalam suasana kedua itulah kadang kita bisa meihat yang mana teman sejati yang bisa dijadikan Sahabat.

Yang membuat saya menjadi merenung adalah, beberapa teman kadang datang dengan membawa seribu cerita duka dan memohon belas kasih dari kita untuk membantu sekedarnya dengan iming-iming bantuan tersebut akan diganti segera. Alasan populer yang digunakan antara lain : "Biaya berobat keluarga yang sedang sakit", sewa rumah/kontrakan kurang, membayar hutang orang tua, hutang bisnis mendesak dsb. Serta Janji-janji yang juga populer adalah : "3 hari, paling lama seminggu akan diganti, kalau uang ini-itu sudah cair, tunggu bisnis meledak" dsb. 

Terdorong dari rasa iba dan memandang kualitas pertemanan, banyak dari kita yang tak tega dan memberikan bahkan beberapa teman mengusahakan mencarikan jalan keluar kesulitan teman tadi dengan jalan meminjam pula dari orang lain. Namun sayang-disayang teman-teman yang sudah dibantu malah perlahan-lahan bahkan ada juga yang 'langsung menghilang' dengan membawa janji-janji manis nya. Sehingga petaka baru bisa menghinggapi teman yang telah membantunya.

Terlepas dari benar atau tidaknya cerita mereka, Saya merasa sedih kepada kawan-kawan yang memilih cara demikian untuk mem-PHK (Putus Hubungan Kawan) dirinya dari kami dan teman-teman yang telah dengan tulus membantunya. Kalaupun memang belum bisa menunaikan janji, tinggal bicara saja apa adanya mengenai situasi yang dihadapi. Saya percaya teman-teman yang membantu juga akan mahfum adanya. Faktanya, alih-alih menghubungi, yang ada mereka malah mulai menghindar, kucing-kucingan bahkan menghilang begitu saja. 

Namun yang lebih sedih bila mendengar ada beberapa teman yang menjadikan modus seperti ini sebagai hobby alias kebiasaaan, hingga tanpa disadari pribadi tersebut akan diberi label 'hati-hati" bila dia mulai menghubungi anda oleh teman-teman lainnya. Tak sedikit yang juga yang bersua saat kondisi mereka terlihat lega, namun saat berjumpa seolah-olah mengidap amnesia soal urusannya dengan kita dan teman-teman. Ada juga yang tampil di sosial media tak serupa dengan cerita-cerita nya. 

Beberapa teman memberi nasehat penyabar dengan memberikan statement "Anggap saja mereka mengambil uang PHK dari kita". Menurut hemat saya sayang seribu sayang bila pertemanan yang kadang sudah terjalin, baik yang baru hitungan bulan bahkan ada yang berteman sejak masa sekolah, rusak binasa hanya karena sifat curang dalam diri yang dampaknya PASTI akan dirasa dalam jangka panjang. Terlalu murah biaya PHK - (Pemutusan Hubungan Kawan) yang dibayar untuk mengganti sebuah pertemanan dan silaturahmi.   

        

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun