Mohon tunggu...
N.syofiy
N.syofiy Mohon Tunggu... Freelancer - ofi

a happy person.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Cinta yang Menyembuhkan

8 Juni 2020   10:47 Diperbarui: 8 Juni 2020   11:11 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
diskusi senja | dokpri

Disampaikan di channel Youtube AlFatih.TV dalam program yang berjudul Fahuwa Yasyfin edpisode 3 tentang Cinta yang menyembuhkan. Ustadz Budi Ashari menyampaikan sebagai opening statement bahwa kalau kita kehilangan cinta, maka akan bersemayam di hati kita semua jenis penyakit. Dilanjutkan oleh dr. Zaidul akbar bahwa manusia itu dikehendaki untuk berfikir menggunakan qalbu/hati. Begitu luarbiasanya cinta berperan terhadap jiwa dan badan kita sebagai manusia yang sudah seharusnya dan sewajarnya memiliki cinta terhadap segala sesuatu hal. 

            Kadang apa yang kita benci itu baik dan apa yang kita cintai itu ternyata buruk. Fitrahnya cinta itu menghasilkan endorfin atau efek yang menimbulkan rasa bahagia, ini adalah mutlak tanpa debat. Berbicara tentang cinta tidak hanya membicarakan tentang hubungan antara lawan jenis, cinta monyet dan lain sebagainya. Luas sekali makna cinta, tak habisnya kata untuk mampu menjelaskannya.

            Teman-teman, hadirnya kita semua termasuk didalamnya tumbuh-tumbuhan, hewan hewan dari yang terbang berlari hingga yang melata, dan semua muanya yang Allah tumbuhkan dari tanahnya adalah bukti cinta-nya Allah. Untuk segala sesuatu yang berurusan dengan cinta, kembalikan kepada Allah. Inilah mengapa banyak kita jumpai orang bijak mengatakan bahwa rasa kecewa rasa sakit hati yang kita alami adalah karena kita menggantungkan harapan kita melebihi harapan kita kepada Allah. Hanya Allah-lah yang kekal dan abadi. Lantas ketika mencintai suatu hal yang tidak abadi lebih besar dari mencintai Allah yang kekal dan abadi maka tak ada lain jawaban kecuali sakit dan kecewa.

            Oke mari kita pelajari satu hal, apa yang Allah tumbuhkan diatas muka bumi adalah bukti kasih dan sayangnya Allah kepada kita. Bahwa semua hal, yang datang dari Allah adalah baik. No debat. Cinta yang menyembuhkan. Seberapa peka, seberapa besar kita mau membuka mata kita, seberapa tidak egois kita mau belajar dan memahami hal tersebut. Hal apa? Semua yang ada disekeliling kita. Sayur yang tumbuh di pekarangan rumah, rumput yang tumbuh disela-sela tembok, jamur-jamur yang tumbuh di musim angin, hewan-hewan sebagai protein yang hidup beriringan dengan kita. Untuk apa itu dihadirkan? Untuk apa ditumbuh kembang sehatkan? Beberapa jenisnya beracun agar tak semuanya kita makan, karena mereka mengimbangi jenis-jenis lainnya. Beberapa jenis lainnya haram dimakan untuk tidak mematahkan rantai makanan agar kita tak menjadi serakah, apa-apa dimakan hanya mengikuti hawa nafsu.

            Kembali ke statement Ust. Budi bahwa kalau kita kehilangan cinta maka akan bersemayam segala jenis penyakit, mudah saja jika kita tak memiliki rasa cinta terhadap sesama kita terhadap tetangga kita, yang tumbuh dalam hati kita hanyalah hasad dengki. Segala sesuatu yang baik yang datang dari yang tidak kita cintai hanya akan membuat kita panas, membuat kita marah, jengkel dan lain sebagainya. Datang dari hasad, dengki, kemudian Allah cabut nafsu makannya, Allah cabut nafsunya terhadap dunia, hayooo siapa berani coba. Naudzubillah semoga pembaca setia kompasiana adalah orang-orang yang kaya akan cinta dari Allah.

            Sedikit saja, kenapa kita tidak bahagia? Eh bahagia tapi kok sebentar aja, bahagia tapi kok rasanya ada yang mengganjal. Coba cek kadar cinta kita. Coba jujur terhadap prosentase diri kita menilai seberapa besar kita bergantung diatas cintanya. Ingat, hanya Allahlah yang memiliki cinta yang abadi. Jangankan pacar, suami/istri yang sudah sah saja manusia kok, makhluk non abadi yang wajar kalau mereka saling meninggalkan, saling mencaci, saling beradu mulut. Sakit hati gak? Jelas, kenapa? Kenapa? Coba tanyakan pada dirimu sendiri.

            Barangkali kita sadar, Allah menghadirkan orang-orang yang ada disekeliling, menghadirkan masalah-masalah, menghadirkan penyakit-penyakit, menghadirkan kejutan kejutan di sekeliling kita agar kita mau belajar, agar kita mau berbagai, agar kita mau memahami arti cinta. Orang yang beriman itu sampai pada tingkat dimana ia mampu mencintai apa yang menimpa dirinya. Tidak selamanya penyakit merupakan pesakitan, tidak selamanya masalah merupakan biang permusuhan. Coba kita lihat dengan bahwa semuanya telah Allah ciptakan dengan sangat sempurna sesuai fungsinya. Cobalah untuk jujur terhadap kebahagiaan yang abadi, cobalah jujur kepada Allah yang Maha Melihat lagi Maha Mendengar.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun