Berapa banyak kiranya macam rasa yang mampu kamu ingat? Berapa banyak kiranya macam rasa yang mampu kamu rasa? Sepuluh? Lima belas? Seratus? Seribu? Atau tak terhitung?Â
Pernahkan kamu bertanya mengapa rasa diciptakan? pernahkan kamu kewalahan mengontrol sebuah rasa? Aw Aw ini terlalu manis. Huftttt menyakitkan sekali rasanya. Pernahkan?
Rasa terlahir menjawab sebuah perbedaan untuk melengkapi satu keberagaman, indah bukan? Satu rasa manis, memiliki seribu macam rasa. Manis menurutmu belum tentu manis menurutku.Â
Sama halnya dengan karakter manusia. Mungkin sama perempuannya, tapi beda karakternya. Mungkin sama perempuannya tapi beda warna kulitnya. Mungkin sama rahimnya tapi beda tindak tanduknya. Mungkin sama umurnya tapi beda tingkat kepekaanya terhadap lingkungan. Mungkin kembar tapi beda cita-cita dan tujuan hidupnya.
Rasa merupakan sesuatu yang non fisik. Ia tidak dapat di sentuh seperti layar hape. Ia tidak dapat di genggam seperti tanganmu. Ia tidak dapat dimiliki seperti kekasihmu. Ia tidak dapat dimaki seperti anak nakal. Ia tidak dapat dilihat karena ia bukan tempat wisata. TETAPI, rasa bisa dibeli.Â
Rasa bisa melengkapi makananmu. Rasa bisa melengkapi minumanmu. Rasa bisa diolah. Rasa bisa dikendalikan. Rasa bisa membuatmu bahagia. Rasa bisa membuatmu terpuaskan. Rasa bisa membuatmu lega. Rasa bisa membuatmu yakin.Â
Rasa bisa membuatmu bergairah. Rasa bisa membuat mood burukmu sepanjang hari membaik. TETAPI JUGA ada rasa yang bisa meracunimu. Rasa yang menjerumuskanmu. Rasa yang menghancurkan hidupmu, rasa yang membuatmu sekarat. Rasa yang terlalu terlalu. Rasa yang membuatmu dibenci oleh seluruh jenis mahkluk.
Satu ilmu tentang sebuah pengolahan, termasuk olah rasa yaitu sabar. Kita harus cerdas dalam menghadapi situasi. Kita harus mampu untuk menganalisis dan kritis terhadap suatu rasa dan bentuk solusinya, tak terkecuali yang terjadi di dapur. Masak sop eh terlalu asin, tenanglah. Kecilkan apinya, cicipi ulang, rasakan, resapi, temukan. Tambahkan sedikit gula atau sedikit cukup air panas lalu masukan kembali ke dalam panci. Besarkan apinya, cicipi kembali. Sempurna.
Sebuah pertengkaran atau chaos dalam hubungan tak bisa menjadi satu satunya alasan terhadap bubarnya satu hubungan. Sudahkan kamu bertanya tentang sikapmu menghadapinya? Sudahkan kamu berpikir dengan hatimu? Sudahkah kamu melihat apa yang kamu lakukan terhadap dirimu? Sudahkah itu adil untuk dirimu? Sudahkan itu adil untuk lingkunganmu? Sudahkah itu adil untuk bumi tempat berteduhmu?
Dalam satu hubungan yang sempurna, baik antar manusia atau alam dengan manusia, dalam rangka menciptakan siklus hubungan yang harmonis maka tersusun atas banyak sekali komponen yang terlibat di dalamnya. Di antaranya adalah kesepahaman tentang tujuan hidup dan misi untuk menggapainya. Untuk saling menjaga, saling memberi manfaat dan tidak saling menyakiti.