Kabar terbaru mengenai melonjaknya angka pengangguran di Indonesia menjadi 7,28 juta orang, atau naik sekitar 83 ribu jiwa, menjadi pengingat nyata bahwa tantangan dunia kerja di negeri ini masih sangat kompleks. Berdasarkan data yang dirilis, kenaikan ini setara dengan peningkatan 1,11 persen dibandingkan sebelumnya.
Dalam kondisi pasca pandemi yang seharusnya menjadi momen kebangkitan ekonomi nasional, data ini justru menampilkan sisi kelam dari realita sosial kita. Kenaikan angka pengangguran bukan hanya angka statistik semata, melainkan cermin dari lemahnya daya serap tenaga kerja, ketimpangan keterampilan, hingga minimnya peluang kerja bagi generasi muda.
Mengapa Angka Ini Penting?
Pengangguran tidak hanya memengaruhi individu, tetapi juga menciptakan efek domino terhadap perekonomian nasional. Tingginya pengangguran bisa berarti:
Menurunnya daya beli masyarakat karena banyak yang tidak memiliki penghasilan tetap.
Tumbuhnya sektor informal secara tidak sehat, di mana banyak orang terpaksa bekerja tanpa perlindungan hukum dan jaminan sosial.
Meningkatnya keresahan sosial, terutama di kalangan usia produktif yang merasa tidak memiliki masa depan yang jelas.
Generasi Muda dan Tantangan Masa Depan
Yang lebih mengkhawatirkan, banyak dari mereka yang menganggur adalah generasi muda---lulusan perguruan tinggi yang belum mampu terserap pasar kerja karena berbagai faktor: mismatch keterampilan, kurangnya pengalaman, atau bahkan minimnya peluang kerja yang layak.
Pertanyaannya: apakah kita sedang mempersiapkan generasi muda hanya untuk menjadi pengangguran terdidik?