Perbedaan warna pada kambing hitam apakah selalu menegaskan bahwa dia tak layak berada di antara kawanannya? Siapa dia sebenarnya?
Ujian Akhir Semester Genap, 2013
Aku belajar keras untuk bisa menyabet predikat juara umum di SMP. Tidak ingin menyombongkan diri, tapi ku akui selalu berkesempatan untuk mengenyam pendidikan di sekolah terbaik. Minimal peringkat ketiga seluruh provinsi. Di sinilah awal mula aku, Kia dan Tata berjumpa sebagai teman satu kelas yang bisa saling melengkapi dengan perbedaan kepribadian di antara kami.
Saat  ujian akhir semester, aku membagikan ambisi kepada Kia dan Tata sebagai sahabat karibku.Â
Tata hanya berseloroh saat dia melihat buku catatan rangkuman buatanku berdiri tegak di hadapan wajahku. "Widih, mantap nih calon juara umum. Belajarnya nonstop."
Sementara Kia tidak mengeluarkan kata sedikitpun. Â Namun, kulihat dia ikut bahagia karena tersenyum.
Bel sudah berdengung mengacaukan telinga. Murid-murid hilir mudik masuk ke ruang ujian yang berbeda. Kebetulan, karena namaku dan Tata termasuk abjad terakhir alfabet, kami dapat melaksanakan ujian di ruang yang sama. Sementara, Kia di ruang berbeda karena urutan namanya termasuk abjad awal.
Kia berjalan dengan anggun keluar dari ruang ujianku. Tubuhnya pun sudah tak tampak dari daun pintu. Tiba-tiba, "Aku lupa, aku belum belajar materi terakhir. Yuna, aku pinjam buku catatanmu tadi ya! Please." Ujar Kia memohon padaku.Â
Aku bertanya dalam hati, apa Kia ngibrit dari ruang ujiannya, kembali ke ruanganku? Melihat nafasnya tersengal, dan waktu semakin sempit sebelum guru pengawas berdatangan ke ruang-ruang ujian, aku memberikan buku catatan dan mempersilakan untuk dibawanya.Â
Ujian telah usai, aku puas karena lancar menjawab soal. Seolah tidak ada hambatan.Â