Mohon tunggu...
Ocha ZalsabillahRahman
Ocha ZalsabillahRahman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Jurusan Hubungan Internasional Universitas Sriwijaya

Saya seorang mahasiswi S1 jurusan hubungan internasional tepatnya di semester 4, saya memiliki hobi mendengarkan musik dan juga menonton drama.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Netizen Indonesia: Nasionalisme atau Chauvinisme?

1 Maret 2023   16:46 Diperbarui: 2 Maret 2023   19:00 656
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Baru-baru ini, sebuah riset mengungkapkan bahwa orang Indonesia merupakan yang paling sering bermain HP atau ponsel di dunia sepanjang tahun 2022. Lebih dari 5 jam mereka bisa menatap layar HP dalam sehari. Data ini dikeluarkan oleh laporan " State of Mobile 2023" yang merupakan firma riset aplikasi data.ai yang sebelumnya dikenal dengan App Annie.

Tak heran, jika netizen Indonesia dikenal dengan pengaruhnya yang besar di sosial media bahkan netizen Indonesia juga dikenal dengan paling "berisik" dan "tidak sopan". Di mana menurut laporan "Digital Civility Index (DCI)", menunjukkan bahwa Indonesia berada pada urutan ke-29 dari 32 negara yang mengikuti survei untuk tingkat kesopanan. Walaupun begitu, Bangsa Indonesia dikenal dengan rasa nasionalismenya yang tinggi, apalagi jika terdapat sesuatu yang bersangkut paut dengan Indonesia terutama di sosial media, rakyat Joko Widodo yang mendominasi konten tersebut. 

Netizen Indonesia juga dikenal posesif dan tidak terima jika negara lain mengklaim budayanya, seperti baru-baru ini sebuah girl group K-Pop StayC yang mengadakan Fan Meeting di Malaysia, di mana mereka menyanyikan lagu "Rasa Sayange" yang berasal dari Maluku. Hal itu membuah netizen Indonesia bahkan fans dari StayC sendiri tidak terima dengan hal tersebut dan langsung membanjirikolom komentar yang menunjukkan video-video terkait, entah itu kesalahan dari agensi atau promotor.

Terkadang saya bingung harus merasa bangga, takjub, atau malu dengan sikap nasionalisme yang dimiliki netizen Indonesia. Memang sangat bagus jika ada budaya kita diklaim negara lain, kita sebagai warga Indonesia harus membela dan tidak terima akan perbuatan mereka tetapi sebaliknya, warga Indonesia justru seringkali merendahkan bahkan rasis terhadap negara lain, entah itu budaya atau bangsa dari negara tersebut. Penting bagi kita untuk memiliki jiwa nasionalis yang tinggi karena hal itu menggambarkan rasa cinta dan kesetiaan kita terhadap negara. Namun, jika kita merasa lebih tinggi atau superior dibanding negara lain maka jiwa nasionalisme tadi berubah menjadi jiwa chauvinisme. Chauvinisme sendiri merupakan suatu paham yang menempatkan bangsa/negara dan memandang rendah negara lain, atau singkatnya nasionalisme yang sempit.

Sikap chauvinisme netizen Indonesia ini sering saya temukan di tiap konten yang menunjukkan kuliner India pada aplikasi Tiktok. Di mana konten tersebut menyajikan berbagai macam kuliner-kuliner yang ada di India, namun sangat miris jika melihat kolom komentar yang berisi komentar-komentar buruk dari netizen Indonesia bahkan membawa salah satu daerah di India, isi komentarnya seperti ini "Prindavan memang beda", "Kalo aku ke India auto seharian minum air putih aja", "saya kalo ngasih makan ayam begitu". Ujar komentar-komentar para netizen Indonesia

Hal tersebut sangatlah menunjukkan sikap chauvinisme, merasa superior dibanding negara lain, jika negaranya dihina merasa tidak terima dan tidak adil. Maka dari itu, mulailah belajar untuk lebih menghargai budaya yang dimiliki negara/bangsa lain, jiwa nasionalisme yang tinggi saja tidak cukup jika tidak ada rasa saling menghargai yang tertanam di diri kita. Bijaklah dalam menggunakan sosial media dan terapkanlah saling apresiasi dan menghargai satu sama lain. Sikap nasionalisme tidak hanya dari membela negara dari dunia pengklaiman tetapi bisa dari kehidupan sehari-hari seperti, membeli produk-produk lokal dan mengurangi penggunaan barang-barang impor. Meskipun sederhana, hal tersebut dapat menjadi bentuk rasa kepeduliaan kita terhadap negara. Ingat! Netizen Sebagian dari Identitas Bangsa.

Nama: Ocha Zalsabillah Rahman

NIM: 07041382126216

Dosen: Nur Aslamiah Supli, BIAM., M.Sc

REFERENSI:

Cxomedia. (2022). Ramai Bela Negara: Pentingnya Bedakan Nasionalisme dan Chauvinisme. https://www.cxomedia.id/general-knowledge/20220321143843-55-174222/ramai-bela-negara-pentingnya-bedakan-nasionalisme-dan-chauvinisme

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun