Mohon tunggu...
Ahmad Ihwan Kamil
Ahmad Ihwan Kamil Mohon Tunggu... Musisi - apatis bersuara

Sekumpulan suara bisu yang menggema, saling bersahutan dalam senyap, lalu menjadi raungan di malam yang tak terbentuk.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Menyapa Februari yang Penat

7 Februari 2022   05:51 Diperbarui: 7 Februari 2022   05:56 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Izinkan hari menyapa lewat kesibukan utuh yang terbelit waktu. Semua terbuang demi ambisi atau relaksasi, semua orang berlari, semua berkejaran melewati garis finish yang tak tau pasti. Angin ripuh berbisik lembut, menusuk telinga dengan anggun, menuang kata-kata irit yang menggugah atau memasrah.
.
Matahari masih terlalu panas untuk setiap langkah kaki yang melangkah cepat, mengejar mimpi katanya, tiap kepala menunduk melamun di trotoar kota, dengan isi pikiran yang terbagi. Tanda tanya meledak kencang bersautan teriak amarah yang terpendam.
.
Ramai segala kata berkeliaran membanjiri Beranda wajah usia muda. Disilingi ribuan suara bisu terpendam memegang takut. Tak ada yang muncul, tak ada yang terlihat, tak ada yang terdengar. Minus semua yang terbayang dan terpikirkan. Asap hitam menjadi kawan dekat, merangkul akrab dengan pikiran bosan atau penat.

.

Suara di waktu senja menutup waktu, bersama penat yang mulai akrab atau ambisi yang mendekat. Pulanglah pulang, membagi waktu dan menikmati. Sebab semua berhak membunuh penat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun