Mohon tunggu...
Ricco Occir
Ricco Occir Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Apakah Aku Penjajah ?

19 Oktober 2016   21:47 Diperbarui: 19 Oktober 2016   22:11 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Oh tidak punya ya? Kalau begitu kerbau itu apa ? Serahkan kerbau itu padaku!” paksa Bupati itu.

Akhirnya mereka menyerahkan kerbau itu dan pergilah Bupati Wirakusuma dari situ. Walaupun hati sedikit kesal tapi Aku tidak terlalu menghiraukan masalah itu, yang ada dibenaku sekarang adalah bagaimana Aku bisa kembali ke duniaku. Mungkin aku harus melihat semua kejadian yang diceritakan buku itu. Ya benar sekali itu caranya. Akhirnya Aku pun mengikuti anak laki-laki tersebut untuk dapat menyelesaikan ceritanya. 

Dia pergi ke sebuah desa kecil dengan rumah gubuk, dan dijalan menuju kesini aku melihat sebuat tanda bertuliskan “Lebak” mungking desa ini bernama Lebak pikirku. Sangat menyedihkan dan mengagetkan selama seharian aku mengikuti anak itu betapa sengsaranya kehidupan rakyat didesa itu. Makananpun tidak ada , untuk bertahan hidup banyak yang hanya memakan pasir. Hal ini membuatku melinangkan air mata. Dalam hati kecilku merintih tolong siapapun tolong mereka.

Keesokan harinya datanglah seorang pria belanda bernama Max Havelaar, iya nama itu, nama yang tertulis di halama pertama buku misterius itu. Apakah orang ini baik ? Apakah iya sama saja dengan para Belanda yang lain? Itu yang ada dipikiranku. Lalu aku memutuskan untuk selalu mengikutinya untuk mengetahuinya. 

Akhirnya aku tahu isi crita dari buku ini. Max Havelaar merupakan naturalis dari Amsterdam yang mendapat mandat sebagai asisten residen di Kabupaten Lebak, Banten-Kidul yang mengawasi produksi gula dan kopi di wilayah kabupaten dimana sistem kultivasi membawa kesengsaraan rakyat. Juga korupsi yang begitu masif, tidak hanya dilakukan oleh pegawai residen, tapi juga pegawai bupati lokal bumiputera yang melakukan pungli berupa upeti paksa. Sebagai Asisten Residen Lebak, Max Havelaar ini banyak menerima aduan dari masyarakat mengenai ketidakadilan penguasa yaitu si Bupati Lebak.

 Aku tidak menyangka bahwa Max Havelaar ternyata membela rakyat lebak tersebut karena ketidak adilan yang terjadi. Akhirnya Max Havelaar pun melaporkan ke Residen Banten untuk memecat si Bupati Lebak, dan juga melapor ke Gubernur Jendral Hindia Belanda. Permintaan Max Havelaar ditolak, dan dia diberhentikan sebagai Asisten Residen Lebak dan setelah itu dia berhenti sebagai Asisten Residen. Sekejap disekelilingku menjadi warna putih dan muali pudar menjadi pohon-pohon besar yang tidak asing. 

Aku kembali, akhirnya, tapi apa ini pipiku terasa lembab dan mulutku terasa kaku. Tidak kusadari aku mengangis setelah mengetahui cerita buku tersebut. Akupun mulai merefleksi diriku yang egois ini, Apa yang selama ini aku lakukan, Bahkan seorang penjajah saja peduli dengan rakyat lebak tersebut, Bagaimana dengan aku. Aku yang merupaka rakyat Indonesia saja tidak peduli dengan orang-orang disekitarku.

“Non, Maaf buku ibu ketinggalan ya non, Saya ambil ya non, permisi buru-buru,” ujar wanita paruh baya tadi.

Karena masih kaget aku tidak bisa bertanya apa-apa kepada ibu itu. Hal pertama yang kusadari bahwa selama aku berada dalam cerita tersebut hanya berlalu 5 menit. Apakah yang terjadi padaku , Bagaimana bisa. Tapi yang pasti aku harus berubah dari sekarang yang lebih peduli akan nasib bangsa Indonesia karena aku sudah melihat dengan mataku sendiri bagaimana tersiksanya rakyat Indonesia saat zaman penjajahan. Itulah pengalaman anehku pada hari Sabtu yang biasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun