Mohon tunggu...
Ricco Occir
Ricco Occir Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Apakah Aku Penjajah ?

19 Oktober 2016   21:47 Diperbarui: 19 Oktober 2016   22:11 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“AHH!!” sontakku kaget.

Merasa tidak yakin aku mencubit pipi kananku hingga merah, dan sebelum kurasakn rasa sakit atau tidak, Aku pun mulai berfikir apa yang terjadi. Tiba-tiba terlintas difikiranku tentang buku misterius itu. Aku melihat sekitarku dan menyadari bahwa ini adalah zaman penjajahan Belanda.

“Mungkinkah aku masuk kedalam cerita buku tersebut ? AHH!” jeritku dengan menggeleng-gelengkan kepalaku.

Aku saja tidak tau apa isi cerita tersebut, kata-kata yang terakhir yang Aku ingat adalah “Siapa tahu, akan melihat”. Itu dia, secara tiba-tiba otaku berfikir dengan keras dan menyimpulkan, karena aku membaca buku tersebut Aku masuk kedalam cerita itu.

“Adinda, kemari bantu jangan menghalangi saja,” anak laki-laki tidak berpakaikan baju atasan yang sontak membuatku terkaget.

 “Apaan sih ! Siapa kamu ? dan namaku bukan Adinda just mind your own business,” dengan spontan aku menjawab.

 “Adinda kamu cantik sekali hari ini ” Tanya anak itu.

Pernyataannya membuatku bingung, tiba-tiba muncul anak perempuan manis dengan rambut sebahu memakai pakaian yang kusam menyampiri anak laki-laki itu, tanpa melirik kearahku sekalipun yang telah melambai-lambaikan tanganku. Apa ini ? Mereka tidak bisa meliahtku ? Wajar saja mungkin karena aku bukan tokoh dari cerita tersebut. Tiba-tiba para petani berkupul diujung barat dari sawah yang tidak cukup jauh. Mereka semua berlutut termasuka anak laki-laki dan perempuan tadi.

“Salam Tuan Wirakusuma” ujar seorang petani.

Mengapa mereka harus berlutut, Apakah orang ini orang jahat. Ternyata dugaanku benar ia adalah seorang Bupati daerah itu yang menggunakan kekuasaanya untuk memeras rakyat. Hal ini tentunya membuat aku marah, beberapa kali aku mengeluarkan protesan tapi apa gunanya mereka tidak merasa Aku ada.

“Tapi Tuan, kita hanya mempunya beras saja, Kami tidak punya apa-apa,” jawab salah satu petani lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun