Mohon tunggu...
Obiet
Obiet Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Filosofi di Balik Bubur Merah Putih

6 April 2017   23:15 Diperbarui: 6 April 2017   23:28 3020
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Di zaman ini ada beberapa kebuadyaan islam yang menurut nya memberikan dampak positif bagi setiap insan karna ada manfaan sendiri di nilai kebudayaan itu, dimana budaya distiap derah pasti berbeda-beda tetapi buudaya ini merupakan hal yang sangat fonomenal sekali di jaman sekarang ini budaya itu kita kenal yang nama nya tajin safar atau bubur merah putih. Biasa nya bubur ini di buat pada bulan safar bulan kedua di tahun hijriyah yang dimana setiap keluarga membuat bubur ini beraneka ragam ada yang dari tepung, 

ada yng dari ketan langsung dan bnyak pula aneka ragam nya, memang di setiap daerah memiliki unsur budaya sendri cara membuat bubur itu. Di derah saya desa pujer memiliki cara yang berbeda dalam penyajian bubur tersebut. Disana membuat bubur dari tepung dan beberpa bahan lain nya contoh nya ketan yang di masak langsung berbentuk yang biasa nya setelah itu orang- orang disana membagikan pada tetangga nya yang ada di sekita nya itu harus kebagian

bubur merah putih merupakan salah satu bubur yang di jadikan alat untuk mengungkapkan rasa syukur terhadap allah swt, sebagai mana nabi nuh mengungkap kan rasya syukur nya dengan memasak sisa bekal pada kejadian banjir bandang yang menimpa kaum nya yang ingkar rasa syukur ini pula di wujud kan oleh masyarakkat sehingg mereka membuat bubur merah putih

filosofi bubur merh putih terdpat pemaknan simbolik terhadap keberadaan jenis bubur terutama ketika di hubungkan dengan momen-momen penyajiannya bubur ini melambangkan keberanian dan kesucian,merah (simbol dari keberanan) dan putih simbol dari kesucian pada momen pemberian nama bubur ini simbol dari haraapan keluarga agar kelak si jabang bayi memiliki keseimbangan antaraa sifat beraani (karena benar) dan kesucian (pemihakan pada kebenaraan dan orang-orang lemah.

Jenis bubur ini dihadirkan dalam bentuk napak tilas terhadap peristiwa syuhadaknya sayidina husein (cucu nabi muhammad) di padang karabala oleh pasukan yazid bubur ini menyimbolkan keberanian darah syuhadak dari sayidina husein dari pasukannyya yang melakukan (perang terkhir,sekalipun dengan kekuatan tak berimbang.sedangkan bubur putih menyimbolkn kesucian atau kebenaaran yang di bela sayidina husein pemaknaan ini jelaas data khas islam .

Sedangkan ada momen kependirian rumah bubur ini sering di sandingkan dengan bendera merah putih serta makanan lainnya maksudnya adalah unutk berbagi kepada tetangga sebagi ekspresi dari rasa syukur di kerunia oleh allah berupa kemampuan mendirikan rumah bubur ini pun menurut sebagin kalangan tua,menyimbolkan pendidikan terhadaap tanah air merah tanah air putih terutamaa dalam konteks perlawanan terhadap kolonial belanda dan jepang.ketika kain untuk bendera meraah putih masih terbatas, maka bubur merah dn putih dijadikan media penyimbolan bagi lambang negaraa indonesia

Jadi dari bebrrapa simbolis atau folosofi nya kita harus memiliki simpatisan untuk melakukan budaya yang notabene nya sangat memberikan nilai keislaman, slam warahmah

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun