Pernikahan Kristen bukan hanya sebuah kontrak sosial, tetapi merupakan perjanjian kudus yang diberkati oleh Tuhan. Dalam pernikahan, suami dan istri dipanggil untuk menjalankan peran mereka dengan keseimbangan, berdasarkan prinsip-prinsip Alkitab yang menekankan kasih, hormat, dan tanggung jawab bersama.
Suami sebagai Kepala Keluarga
Kepemimpinan dalam Kasih dan Ketundukan dalam HormatEfesus 5:23 menyatakan bahwa suami adalah kepala istri, sebagaimana Kristus adalah kepala jemaat. Hal ini bukan berarti suami memiliki otoritas mutlak yang menindas, melainkan ia dipanggil untuk memimpin dengan kasih dan pengorbanan, sebagaimana Kristus mengasihi dan menyerahkan diri-Nya bagi jemaat.Â
Kepemimpinan suami haruslah mencerminkan kasih yang melayani, bukan dominasi yang menekan.
Di sisi lain, istri dipanggil untuk tunduk kepada suami dalam kasih dan hormat (Efesus 5:22). Ketundukan ini bukanlah bentuk kelemahan atau keterpaksaan, melainkan wujud dari kepercayaan dan penghormatan terhadap kepemimpinan suami yang bijaksana.Â
Kesetaraan dalam Hubungan
Kesetaraan di Hadapan TuhanMeskipun suami dan istri memiliki peran yang berbeda, Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa keduanya setara di hadapan Tuhan.Â
Kejadian 1:27 menegaskan bahwa manusia diciptakan menurut gambar Allah, baik laki-laki maupun perempuan. Ini berarti bahwa baik suami maupun istri memiliki martabat, hak, dan kewajiban yang harus dijalankan dengan saling menghormati.
Dalam praktiknya, suami bertanggung jawab mencari nafkah dan melindungi keluarganya, sementara istri berperan dalam membangun suasana rumah yang penuh kasih serta mendidik anak-anak dalam iman.Â
Namun, peran ini tidak harus kaku dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan keluarga serta perkembangan zaman. Yang terpenting adalah adanya kerja sama, komunikasi yang baik, dan saling mendukung dalam setiap aspek kehidupan rumah tangga.
Kasih dan  Pengampunan