Pernikahan Kristen merupakan perjanjian suci yang didasarkan pada kehendak Allah sebagaimana dinyatakan dalam Alkitab. Dalam Kejadian 2:24, Tuhan menetapkan bahwa seorang pria akan meninggalkan orang tuanya dan bersatu dengan istrinya, menjadi satu daging.Â
Pernikahan bukan sekadar kontrak sosial, tetapi sebuah perjanjian ilahi yang mencerminkan kasih, kesetiaan, dan kehendak Tuhan dalam membangun keluarga yang kudus.
Pernikahan Kristen bukan hanya tentang kebersamaan antara suami dan istri, tetapi juga tentang hubungan mereka dengan Allah sebagai pusat kehidupan rumah tangga.Â
Hubungan ini memberikan dasar yang kuat bagi pernikahan agar tetap kokoh dalam menghadapi berbagai tantangan. Dalam Efesus 5:25, suami diperintahkan untuk mengasihi istrinya seperti Kristus mengasihi jemaat, menunjukkan bahwa kasih dalam pernikahan harus mencerminkan kasih Kristus yang penuh pengorbanan.
Kasih yang mendasari pernikahan Kristen bukanlah sekadar emosi atau ketertarikan fisik, tetapi kasih agape---kasih yang rela berkorban dan tanpa syarat.Â
Kasih ini menuntut kesediaan untuk memberi tanpa menuntut balasan, serta kesabaran dalam menghadapi kekurangan pasangan. Ketika suami dan istri menerapkan kasih agape, mereka dapat membangun hubungan yang harmonis dan langgeng.
Selain kasih, kesetiaan dan komitmen merupakan elemen kunci dalam pernikahan Kristen. Yesus sendiri menegaskan pentingnya kesetiaan dalam Matius 19:6, bahwa apa yang telah dipersatukan oleh Allah tidak boleh diceraikan oleh manusia.Â
Dalam dunia yang semakin individualistis, nilai kesetiaan dalam pernikahan sering kali terabaikan. Dalam pernikahan Kristen, komitmen untuk tetap setia dalam suka dan duka adalah wujud ketaatan kepada Tuhan.
Pernikahan Kristen juga bertujuan untuk membangun keluarga yang berpusat pada Kristus dan meneruskan iman kepada generasi berikutnya. Anak-anak yang lahir dari pernikahan Kristen diharapkan dibesarkan dalam ajaran Tuhan (Amsal 22:6) dan menjadi saksi kebaikan Tuhan di dunia.Â
Selain membangun keluarga yang saleh, pernikahan Kristen juga berfungsi sebagai sarana untuk bertumbuh dalam iman dan karakter Kristiani. Suami dan istri dipanggil untuk saling melayani, menghormati, dan mendukung dalam perjalanan hidup.Â
Melalui dinamika rumah tangga, mereka belajar kesabaran, kerendahan hati, dan pengampunan, sebagaimana diajarkan dalam Kolose 3:13.