Mohon tunggu...
Nyoman Sarjana
Nyoman Sarjana Mohon Tunggu... Guru dan Penulis

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Seni

Mengulik Kisah Kasih 7 Penulis Dalam Peluncuran Bukunya

12 Mei 2025   08:08 Diperbarui: 12 Mei 2025   08:08 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poto sendiri saat peluncuran salah satu buku saya

Mengulik Kisah Kasih Sastrawan Dalam Peluncuran Bukunya
Dewa Nyoma Sarjana

Haru biru dan rasa hormat yang setinggi-tinggnya kepada Ibunda Suastini Koster atas penggagas dan fasilitator "Peluncuran Buku 7 Penulis" yang diselenggarakan di Jaya Sabha.

Ada catatan tercecer yang saya coba kulik walau hanya sepintas dari pengakuan para penulis.

1. Prof I Gede Artawan.
Beliau seorang dosen senior sekaligus praktisi sastra yang sudah malang melintang. Buku yang diluncurkan berjudul: Sastra dan Telaah Aplikatif adalah buku panduan, penuntun bagi penggiat sastra bila menuangkan tulisannya, sehingga tidak terlepas dari rambu-rambu sastra. Pastinya buku ini pasti sangat bagus dan penting untuk dimiliki.

2. Putu Satria Kusuma
Peluncuran buku novel Jayaprana Layonsari adalah bentuk kegelisahan beliau yang sudah lebih dari 30 tahun mengupas legenda Bali utara yang sudah kental dengan masyarakat Bali. "Saya juga heran kenapa kisah Jayaprana Layonsari sangat melegenda dipikiran saya, dan saya garap dalam beragam karya seperti drama, film, terakhir novel," kata beliau saat peluncuran bukunya. Novel ini sangat bagus lugas, runut dan renyah dalam tata kata. Pokoknya enak dibaca karena saya sudah sempat membaca.

3. Made Edy Arudi
Seorang guru yang mengalami kegelisahan dalam tugasnya. "Saya heran, mengapa sebagian besar siswa benci puisi? Ada apa dengan puisi? Katanya saat peluncuran buku kumpulan puisi yang berjudul: Tanah dan Daun-Daun Subur.
Dalam bukunya beliau juga menuliskan kebudayaan-kebudayaan disekitar tempat tinggal beliau yang semakin sepi dibicarakan.

4. I Gede Pandega Wirasabda
"Nol, akan kembali ke nol." Begitulah ungkapan penulis atas karya bukunya yang berjudul: Nol, Negeri Tanpa Langit
Dalam paparan lewat rekaman karena penulis kebetulan berada di Jepang, dikatakan bahwa kehidupan ini bermula dari nol dan akan kembali ke nol. Maka jalani apa adanya, penuh semangat, dan cerdas mengelola.

5. Ni Komang Yuni Lestari
"Mohon maaf bila buku saya ini mensiratkan kebencian saya kepada lelaki," itu ucapan pendek Komang yang masih muda, memasuki usia 20 tahunan.  Penulis dengan kekurangannya sudah mengumpulkan goresan tangannya semenjak tahun 2018.Buku yang diberi judul: Alia, Tahu Semua Dosa Laki-Laki, sinya sangat bagus dan alur ceritanya beragam dan unik. Saya baru sempat membaca beberapa judul. Layak untuk dibaca.

6. Teater Angin ( I Gst Ayu Pt Rasmini. IA. Suniastiti. IGA Dewi Parwati).
"Awal berdiri, maaf kami dijuluki orang gila. Hampir tak ada yang perduli. Kami jalan sendiri. Latihan dipinggir jalan, dipantai untuk melatih mental dan vokal. Ketika teater kami beri nama teater Angin, kami disebut angin-anginan."

Demikian celoteh bu Dayu sebagai salah satu pendiri teater Angin Smansa (SMAN 1 Denpasar). Mereka sangat berterimakasih atas dorongan ibu Suastini Koster untuk menulis buku yang berjudul: Sejarah Teater Angin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun