Mohon tunggu...
Novita Sari
Novita Sari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Aktif di dunia literasi, pergerakan dan pemberdayaan perempuan

@nys.novitasari

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Akhirnya Kutulis Lagi Sesuatu Untukmu Hari Ini

3 September 2021   17:51 Diperbarui: 3 September 2021   17:54 595
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Akhirnya ku tulis lagi sesuatu untukmu hari ini. Juni 2020 lalu, saat kau enyah bersama penyakit sialan itu, aku belum sempat mengucapkan maaf dan terima kasih. Maaf tidak bisa menemani hari-hari terberat mu saat terbaring di atas kasur rumah sakit.

Maaf tidak bisa membelikan sebutir apel merah yang kau ingin, maaf belum bisa memberimu uang yang banyak, dan maaf, maaf untuk apa saja yang telah membuat amarahmu bangkit, maaf atas kekecewaan mu serta maaf baru menuliskan ini.

Ah ya, aku juga mengucapkan terima  kasih atas  semuanya, kurasa aku tidak sanggup menuliskan semuanya. Ingatan dan jariku yang pendek dan gendut ini terlalu malas atau bahkan memang tak sanggup menuliskannya.

Setelah semua berlalu, aku sangat terpukul. Kukira tidak ada lagi alasan ku untuk tetap tinggal disini. Semua berubah begitu cepat, ah aku terlalu keras kepala untuk menyebut diriku cengeng pada bagian ini. Tapi tenang saja, aku bisa terlihat biasa saja, tanpa beban, bahkan kau tau, orang-orang banyak yang menganggapku sebagai sumber inspirasi mereka.

Bodoh! Mereka benar-benar bodoh. Aku menulis ini untuk memberitahukan mu sesuatu, tidak terlalu baik barangkali, tapi kuharap semoga kau senang. 

Hidupku begitu menyebalkan akhir-akhir ini, terjebak dalam rutinitas yang aku sendiri bingung untuk apa, aku hanya bekerja, setiap hari tanpa tahu untuk apa aku melakukannya. 

Aku pernah mendengar mu berbicara lirih tentang laki-laki itu. Laki-laki terbangsat sekaligus orang yang disebut sebagai bapakku.

Benar katamu, hidup akan memberi apa yang telah kita semai. Buah dari acuh tingkahnya saat kau sakit, dia yang tidak mau bekerja dan menyambi perempuan janda itu telah dimakannya sendiri. 

Aku melihatnya tak lebih dari seekor binatang saat wajahnya yang keriput bergerak tak beraturan, tangannya seperti keras, badannya berguncang-guncang saat mulutnya mengeluarkan darah yang amis. Aku jijik! Jangan kau pikir hidung ku tak terganggu dengan bau pesing yang menguar itu.

Aku membayangkan liur yang keluar bersama darah dari mulutnya itu seperti saat kau merengek minta dibelikan sebuah apel merah. Aku ingat, ia bahkan tak peduli, ia makan  dengan lahap seperti tak mendengar apa-apa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun