Mohon tunggu...
Erny Kusuma
Erny Kusuma Mohon Tunggu... Wiraswasta - Suka kuliner dan jalan-jalan, kemudian diurai dalam sebuah artikel.

Penikmat indahnya wisata alam Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

THR Bagai Bintang Tak Teraih

6 Juni 2018   23:44 Diperbarui: 7 Juni 2018   00:11 740
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

THR Bagai Bintang Tak Teraih

Jelang lebaran, apa yang paling santer diobrolkan orang-orang kantoran atau buruh pabrik? Meski secara eksplisit beda banyak hal, tapi keduanya sama topik pembicaraannya yakni seputar THR (Tunjangan Hari Raya).

Bahkan  Menteri Tenaga Kerja Hanif Dhakiri, pun telah mengeluarkan Surat Edaran no 2 tahun 2018 tentang THR keagamaan. Yang intinya  menghimbau agar perusahaan swasta wajib  membayarkan THR kepada karyawan-karyawannya  maksimal H-7. Surat edaran itu ditandatangani pada 8 Mei 2018 lalu ditujukan kepada Gubernur, Bupati dan Walikota seluruh Indonesia.

Untuk tahun ini THR keagamaan mengalami kenaikan sekitat 70% dan besarannya kurang lebih diangka 37 trilyun. Jumlah yang fantatis kan? Para penerima THR pun bakal lega selega leganya, membayangkan kebijakan presiden Joko Widodo yang mengumumkan kenaikan THR. Tujuan pemerintah adakah untuk kesejahteraam rakyatnya. Alhamdulillah...

Tapi bagi orang yang tidak menerima THR karena bekerja mandiri, tentu lain soal. Mendengar THR pun mereka tak akan tertarik. Bahkan mungkin lebih tertarik dengan obrolan seputar dunia bisnisnya, misalnya. Wajar saja, seperti saya yang notabene hanya Ibu Rumah Tangga dengan pekerjaan suami karyawan lepas, tak pernah mengharapkan THR. THR itu laksana bintang indah, dilihat tp tak bisa menjangkaunya.

THR bisa menjadi penyemangat orang-orang dalam bekerja.  Juga menjadi penarik agar  orang-orang lebih giat beraktivitas di lingkungan kerjanya. Disisi lainnya bagi yang tak menerima THR pastinya tidak berpengaruh apa-apa.

Mendengar saudara-saudara saya berbahagia menerima THR pastinya saya ikut senang juga. Walau dihati kecil ada rasa "lain". Dalam arti ingin merasakan juga menerima THR. Alih-alih ingin merasakan THR, malah terkena imbas harga bahan pokok naik saat menjelang lebaran.

Ya begitulah ada suka dan duka yang berhubungan dengan THR. Semoga suatu saat saya juga bisa merasakan bahagianya menerima THR. Mungkin dari Kompasiana? Hehehe...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun