Mohon tunggu...
Adexfree
Adexfree Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis adalah ruang untuk berbagi

Simplicity

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Cerita di Balik 3x Resign

18 Maret 2021   12:47 Diperbarui: 18 Maret 2021   13:04 480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Resign....kata-kata yang hampir akrab di telinga saya,karena saya sudah 3x resign dari 3 tempat bekerja yang berbeda.

Pilihan untuk resign tersebut bukan tanpa alasan, tapi justru sudah dipikirkan dengan matang.Pertama kali saya resign pada tahun 2010 dari sebuah Rumah Sakit Swasta type B, pada saat itu saya menjabat sebagai Sekretaris Direktur. Padahal saya sudah bekerja di tempat ini kurang lebih 9 tahun, keputusan ini saya ambil disebabkan masalah privacy yang tidak bisa saya ungkapkan disini. Memang saat itu Direktur utama sangat keberatan dengan keputusan yang saya ambil, bahkan beliau berani memberikan saya waktu 3 bulan untuk berpikir ulang mengenai keputusan  tersebut. 

Apalagi disaat tersebut Rumah Sakit di tempat saya bekerja sedang proses penilaian akreditasi oleh KARS ( Komisi Akreditasi Rumah Sakit ). Sebenarnya kalau mau jujur saya sangat berat untuk meninggalkan pekerjaan tersebut, akan tetapi keadaan yang membuat saya memutuskan demikian. Akhirnya agustus 2010 Surat Keputusan pemberhentian saya dikeluarkan. Namun bukan berarti saat itu saya serta merta menjadi pengangguran, karena saya masih bekerja disalah satu rumah sakit swasta lain sebagai asisten dokter spesialis kanker dan penyakit kandungan. Ternyata memilih menjalani 1 pekerjaan itu memberi dampak positif dalam kehidupan saya.

Nilai postifnya, saya lebih banyak memiliki waktu luang untuk menjalani hobi saya menanam berbagai bunga di pekarangan rumah, dan juga saya lebih banyak waktu untuk hanging out bareng teman-teman saya, suatu hal yang selama ini sangat jarang saya lakukan karena terlalu sibuk menjalani 2 pekerjaan sekaligus.

Namun itu hanya berlangsung selama 1 tahun, karena di akhir tahun 2011 saya mendapatkan tawaran dari sahabat saya untuk menjadi staff administrasi di salah satu lembaga yang mengembangkan Pelatihan Kesehatan Reproduksi bagi para Dokter umum dan Bidan. Awalnya saya  ragu dengan pekerjaan ini tapi pada saat saya melihat langsung bagaimana proses diselenggarakannya sebuah pelatihan di lembaga itu, saya tertarik. Saya berpikir, bagaimana kalau saya menjadi  menjadi seorang trainer. Meskipun awalnya saya diterima menjadi staff administrasi, namun seiring waktu berjalan saya mulai belajar menjadi seorang trainer.

Hingga suatu hari Ketua lembaga tersebut menyuruh saya menggantikan salah seorang trainer yang datang terlambat untuk mengisi sebuah materi, yang memang kebetulan saya menguasainya. Ternyata itu adalah starting point bagi perjalanan karier saya menjadi seorang trainer. Hingga pada awal tahun 2015 saya diberikan kesempatan mengikuti Pelatihan Training of Trainer (TOT) di Jakarta, dimana pesertanya sebagian besar berasal dari wilayah indonesia timur yaitu : Papua, papua barat, pontianak, bali, sulawesi. Perwakilan dari sumatera hanya sumatera selatan dan sumatera barat.

Momen tersebut membuat saya lebih yakin lagi bahwa saya ingin menjadi seorang Master Trainer, karena selain kemudahan dalam mengupdate ilmu pengetahuan, jaringan sosial pun dapat berkembang ke seluruh provinsi di Indonesia. Ditambah lagi salary yang memang menggiurkan, ibarat pepatah sekali dayung dua tiga pulau terlampaui. Ilmu dan teman saya dapatkan sekaligus income yang lumayan. 

Pelatihan CTU 2018 - Dokpri
Pelatihan CTU 2018 - Dokpri
Meskipun selama menjadi trainer saya sering keluar kota tapi side job saya sebagai asisten praktek dokter spesialis kanker dan penyakit kandungan tetap saya jalani dengan bantuan seorang teman. Jika saya keluar kota, maka teman saya tersebut yang menggantikan. Sembari bekerja saya pun bisa memenuhi hasrat untuk travelling diberbagai kota dan kabupaten terutama di wilayah provinsi Sumatera Selatan. Dan yang paling menyenangkan adalah seluruh biaya akomodasi ditanggung oleh penyelenggara, saya hanya perlu cuap-cuap didepan kelas dan mengeluarkan seluruh isi otak saya dan cuan pun mengalir ke kantong saya. 

Pekerjaan ini saya lakoni hingga tahun 2018, karena pada akhirnya seorang wanita memiliki suatu tugas mulia yang harus dijalankan. Yah, saya sudah menjadi seorang ibu yang memiliki kewajiban membesarkan anaknya. Saya pun resign dari tempat ini karena suami saya bekerja diluar kota sehingga saya harus lebih fokus mengurus anak. Bahkan side job saya pun dengan berat hati saya tinggalkan demi menjalankan tugas saya sebagai seorang ibu.

Banyak sekali teman saya yang protes mengenai keputusan saya ini.

" Kenapa harus resign fau, cari aja babysister dan atur waktu antara anak dan pekerjaan, beres kan "

" Fau, di zaman sekarang susah sekali mencari pekerjaan, eh kamu malah dilepaskan "

" Waduh, sudah dapat kerja yang enak malah dilepaskan....rugi banget fau, nanti kamu menyesal loh "

Berbagai kritikan dari teman-teman saya ini tidak saya ambil pusing, saya hanya berpikir bagaimana menjadi ibu yang baik bagi anak saya.

Dan ternyata masa depan manusia hanya Allah yang mengetahui, manusia hanya berencana dan Allah yang menentukan. Bahtera rumah tangga saya ternyata tidak berlangsung lama, hanya bertahan 2 tahun. Saya pun harus ikhlas menerima kenyataan hidup sebagai single parent. Namun  saya tidak berkecil hati, demi sikecil saya berusaha bertahan hidup dan mencari pekerjaan kembali.

Alhamdulillah, Allah pun mengabulkan doa saya. Saya diterima bekerja disebuah rumah sakit swasta sebagai staf casemix. Memang pekerjaan ini belum pernah saya lakoni sebelumnya tapi bagi saya tidak ada yang tidak mungkin didunia ini. Saya belajar dari nol mengenai coding INa CBGs dan mulai membaca satu persatu peraturan dari BPJS, agar saya dapat menyelesaikan pekerjaan dengan baik dan profesional. Hingga saat saya menulis artikel ini saya masih bekerja sebagai seorang coder sekaligus PIC BPJS disalah satu rumah sakit di Palembang.

Dokpri edit by Canva
Dokpri edit by Canva
Dari pengalaman hidup yang saya jalani ini ada beberapa pelajaran yang dapat saya ambil yaitu :

1. Cintai sebuah pekerjaan itu, maka kita pun tidak akan merasa sedang bekerja tapi layaknya mengembangkan bakat kita.

2. Jangan buru-buru  menolak suatu pekerjaan,tapi coba dulu. Siapa tau Allah memberikan jalan bagi kita untuk mengembangkan bakat dari sebuah pekerjaan yang awalnya tidak kita sukai.

3. Lakukan pekerjaan dengan sungguh-sungguh dan profesional, maka kita pun akan mendapatkan hasil yang maksimal.

4. Yakin dengan kemampuan diri sendiri maka kita pun akan mendapatkan pekerjaan yang kita inginkan.

Demikian segelintir kisah hidup saya dan semoga dapat bermanfaat bagi yang membacanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun