Mohon tunggu...
Adexfree
Adexfree Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis adalah ruang untuk berbagi

Simplicity

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menyikapi hak akses informasi anak, bagi para orang tua pekerja

21 November 2020   13:39 Diperbarui: 21 November 2020   13:48 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
anak dan imajinasinya ( dokpri)

“ Ma, kalau besar nanti Mbak mau jadi Dokter Anak ya” 

“Iya mbak, aamiin ya Allah.”

Kujawab kata-kata gadis kecilku sembari tersenyum dan berdoa lirih didalam hati semoga Allah mengabulkan keinginannya. Hal ini adalah impian bagi setiap orang tua didunia bahwa setiap anaknya menjadi orang yang sukses dan berguna bagi orang lain terutama bagi negaranya. Bagi para orang tua,  anak adalah tumpuan harapan dan permata kehidupan sebagai wujud anugerah yang terindah dari yang Maha Kuasa. Oleh sebab itu, para orang tua akan berupaya semaksimal mungkin mencurahkan kasih sayang, melindungi dan memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya.

Sejak mulai dari kandungan, seorang ibu akan berupaya supaya bayinya dapat tumbuh dengan baik hingga pada saatnya lahir didunia anaknya tidak kekurangan suatu apapun. Begitu lahir, para orangtua berupaya menjaga tumbuh kembangnya dan mendidik anak-anaknya dengan baik agar pada saat  beranjak remaja , anak-anaknya menjadi pribadi-pribadi yang berakhlak baik, cerdas, mandiri, tangguh  dan mampu mengembangkan talentanya dengan maksimal. Namun untuk mendidik anak menjadi seperti itu bukanlah hal yang mudah, tidak seperti membalikkan telapak tangan. Semuanya butuh waktu dan proses yang lama.

Apalagi di zaman generasi Z ini, lingkungan memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan seorang anak. Di era serba digital ini, berbagai sumber informasi begitu mudahnya didapatkan melalui berbagai sumber terutama internet. Hal inilah yang menjadi sumber kekhawatiran bagi para orang tua saat ini, karena kemudahan akses informasi menyebabkan informasi yang negatif pun dapat di akses dengan mudah oleh anak-anak. Jangan sampai anak-anak menjadi dewasa sebelum waktunya karena akses informasi yang tidak tepat. Berkaitan dengan hari anak sedunia yang jatuh pada tanggal 20 november, kita sebagai orang tua perlu memenuhi  hak akses informasi anak sesuai dengan hasil konvensi hak anak oleh PBB pada 2 september tahun 1990. Dari hasil konvensi tersebut jelas dinyatakan pada pasal 17 yaitu:

Tiap anak berhak mengakses informasi dan materi lainnya dari beragam sumber. Dan informasinya hendaklah informasi yang bermanfaat dan mudah dipahami oleh anak.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa anak-anak zaman sekarang tidak dapat dilepaskan dengan pengaruh gadget. Apalagi di masa pandemic ini, akses pendidikan pun dilakukan via internet sehingga anak-anak tiap hari harus memegang gadget untuk bersekolah daring. Sebagai orang tua kita harus jeli menyaring informasi yang seharusnya dapat di akses oleh anak-anak kita , karena banyak sekali informasi negatif yang tersebar di internet. Misalnya : film-film yang tidak seharusnya di akses oleh anak-anak di bawah umur dan juga gambar-gambar berbau kekerasan yang tidak layak dikonsumsi oleh anak-anak. Nah, untuk menyaring informasi ini tidak semua orang tua bisa melakukannnya secara maksimal, apalagi bagi para orang tua yang bekerja setiap hari dari pagi hingga sore, bahkan ada yang hingga malam hari . Mereka tentu tidak memiliki banyak waktu bersama anak-anak mereka Anak-anak lebih banyak waktu dengan para pengasuh dan teman-teman ketimbang dengan orang tua mereka.

curahkan kasih sayang dan perhatian pada anak( dokpri)
curahkan kasih sayang dan perhatian pada anak( dokpri)

Bagaimana sih, para orang tua menyikapi kondisi ini??

  • Tanamkan perspektif mengenai mana informasi yang boleh di akses oleh anak-anak sesuai dengan umur mereka. Untuk menanamkan perspektif yang baik pada anak-anak memang bukanlah hal yang mudah, apalagi untuk anak-anak balita. Rasa ingin tau mereka yang begitu besar seringkali membuatnya tidak dapat menyaring informasi dengan benar. Berdasarkan pengalaman saya, untuk menanamkan hal ini kita harus mendampingi mereka pada saat mereka sedang mengakses informasi, misalnya pada saat mereka sedang menonton film anak-anak, berikan penjelasan yang mudah dimengerti oleh mereka mengenai adegan-adegan yang sedang mereka tonton. Dan ketika kita tidak bisa bersama mereka pada saat mereka sedang mengakses informasi, suatu saat mereka akan bertanya kepada kita mengenai hal yang tak mampu mereka pahami dengan baik. Pada saat mereka bertanya, kita harus meluangkan waktu untuk menjawab dan memberikan penjelasan sampai mereka paham benar dengan jawaban kita. Jangan berikan jawaban yang menggantung, karena akan memicu rasa penasaran mereka sehingga membuat mereka mencari jawaban dari sumber lain, misalnya dari browsing di internet.
  • Sesibuk apapun orangtua, upayakan tetap mencurahkan kasih sayang dan perhatian kepada anak secara maksimal. Meskipun pergi pagi dan pulang malam, upayakan pada saat pulang kerja luangkan waktu bersama anak-anak meskipun hanya sekedar mendengar cerita mereka tentang kegiatan sehari-hari yang mereka lakukan. Sambil mendengar keluh kesah anak-anak, berikan pelukan yang dapat menghangatkan mereka. Sehingga mereka merasa orang tuanya sangat sayang dan perhatian kepada mereka, meskipun waktu yang dimiliki orangtuanya terbatas.
  • Pada saat bersama anak-anak, usahakan untuk tidak memegang gawai kecuali keadaan mendesak.Poin ketiga ini adalah kesalahan yang sering dilakukan oleh para orang tua didepan anak-anaknya. Para orang tua sibuk memegang hp tanpa memperhatikan kondisi anak-anaknya. Sehingga anak-anak menganggap diri mereka tidak lebih penting dari sebuah HP bagi orang tuanya.
  • Berikan pendidikan karakter yang baik, sehingga anak-anak tidak mudah terpengaruh dengan lingkungan luar yang terkadang membuat mereka gamang mana yang baik dan buruk untuk mereka. Masih ingat pepatah lama " Buah jatuh tak jauh dari pohonnya ". Orang tua merupakan role model bagi anak-anaknya. Untuk memberikan pendidikan karakter bagi anak-anak maka para orang tua dulu yang harus memiliki attitude yang baik karena keluarga adalah tempat pendidikan karakter terbaik bagi anak-anaknya, sedangkan sekolah hanya sebagai penguatan karakter. Oleh sebab itu, penulis terkadang bingung dengan para orang tua yang berbondong-bondong menyekolahkan anak-anaknya di TK IT, maupun SD IT dengan harapan sekolah tersebut mampu membentuk kepribadian anak-anaknya. Padahal yang terpenting adalah pendidikan karakter yang ditanamkan oleh keluarga. Bagaimana sebuah keluarga mengajarkan tentang agama, bagaimana mengajarkan cara menghargai dan menghormati orang lain hingga bagaimana cara menjaga hak dan kewajiban mereka sebagai anak.    

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun