Mohon tunggu...
Adexfree
Adexfree Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis adalah ruang untuk berbagi

Simplicity

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Kalau Ingin Kaya, Jangan Jadi Bidan

22 Agustus 2019   14:37 Diperbarui: 19 April 2021   12:00 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Bidan adalah sosok wanita yang mengagumkan, dengan seragam putihnya dan langkah yang tegap ketika akan menolong seorang wanita yang akan melalui suatu proses persalinan. Bidan itu pintar, kuat dan jiwa sosialnya tinggi ". Begitulahpandanganku tentang seorang Bidan pada saat berumur 15 tahun, pada saat itusaya masih berada di kelas 3 SMP. Hingga pada akhirnya karena pendapat inilah,saya memutuskan untuk melanjutkan Pendidikan ke Diploma III Kebidanan.

Selama menjalani Pendidikan tersebut, saya diharuskan berada didalam asrama , dan berada di satu kamar yang berisi 10 orang wanita yang semuanya mempunyai cita-cita yang sama denganku. Bukan hal yang mudah ketika harus beradaptasi dengan 9 orang yangmempunyai kepribadian yang berbeda. Ada yang berasal dari kabupaten, denganlogat Bahasa yang menurutku lucu, sehingga sering membuatku senyum sendiri, adajuga yang berasal dari keluarga kaya yang tidak terbiasa hidup mandiri, dandiriku sendiri yang berasal dari keluarga biasa-biasa saja yang punya mimpi untukmenjadi Bidan dan bisa menolong orang banyak.

Pada suatu ketika, saat kami sedang disibukkan dengan ujian semester yang benar-benarmenguras tenaga kami mulai berbagi cerita tentang masa depan yang akan kami hadapi atau kami lakukan setelah lulus dari Pendidikan ini. 

1.     Setelah lulus ingin melanjutkanPendidikan ke jenjang S1 dan seterusnya, supaya lebih mudah menjadi Dosen  karena saat itu tahun 2001, Sarjana Kebidananmasih sangat jarang.

2.  Setelah lulus, ingin langsung menikahdengan Dokter, supaya kehidupan mendatang bisa terjamin. Dan terbukti karena usahanya mendapatkan pacar seorang dokter, akhirnya temanku ini menikah denganDokter setelah 1 tahun kami lulus dari pendidikan.

3.     Setelah lulus, ingin menjadi PNS supayakehidupan dimasa akan datang terjamin.

4.     Setelah lulus, ingin kerja di Rumah Sakit swasta beberapa tahun saja untuk cari pengalaman dan selanjutnya membukapraktek sendiri supaya banyak pasien dan cepat menjadi kaya.

Cerita masa lalu ini masih kuingat sampai dengan sekarang, terutama poin yang keempat.Sempat kutanyakan pada temanku pada saat itu, kenapa ingin jadi Bidan supaya cepat kaya? Jawabannya sangat sederhana, banyak pasien melahirkan artinyabanyak uang yang masuk jadi bisa cepat mengumpulkan properti supaya jadi kaya.

Ternyata bukan hanya temanku yang berpikir demikian, tapi ada beberapa Bidan yang pernahkutemui punya pikiran yang sama. Aku sempat berpikir dalam hati, bukankah Bidanitu adalah profesi untuk melayani masyarakat dengan penuh ketulusan. Untuk menjadi seorang Bidan harus memiliki rasa empati yang tinggi kepada orang lain. Bidan sering tidak tidur semalaman hanya demi menyelamatkan seorang bayi, apalagi Bidan yang bertugas di daerah terpencil. Jika harus merujuk ibumelahirkan dengan komplikasi, tak jarang bidan menempuh perjalanan berjam-jamdemi menyelamatkan seorang wanita. Tapi kenapa tujuan semulia ini dapat berubahhanya karena materi.

6 Tahun lalu, saya pernah merujuk seorang pasien dari Klinik tempat saya bekerja ke salahsatu Rumah Sakit swasta karena setelah setengah jam melahirkan, plasentanya tidakmau keluar dan terjadi perdarahan aktif. Kami menyebutnya dengan RetensioPlasenta. Pada saat merujuk pasien tersebut jam 04.15 wib, dari klinik pasiendalam kondisi baik meskipun terjadi perdarahan aktif. 

Jam 04.25 Wib kami sampai di IGD ternyata pasien sudah dalam keadaan pre syok, dengan secepat mungkinsaya beserta petugas rumah sakit tersebut mengantarkan pasien ke ruang tindakandan membantu petugas tersebut melakukan tindakan pertama untuk menganiperdarahan. 

Begitu Dokter selesai melakukan tindakan medis, Dokter berkata..."Alhamdulillah pasien ini cepat dirujuk, kalau tidak saya tidak tau yang akanterjadi dengan pasien ini ". Mendengar Dokter berkata begitu serasa ada kebahagiaan tersendiri karena berhasil menyelamatkan pasien tersebut. Meskipunsaya tidak tidur semalaman karena menolong pasien tersebut, sedikitpun sayatidak merasa lelah. Kebahagiaan ini tidak sebanding dengan apapun apalagidengan materi.

Pada saat mengucapkan sumpah profesi Bidan terucap jelas bahwa "Akan mengabdikan diri dalampelayanan kebidanan dan kesehatan, tanpa membedakan agama, pangkat, suku, dan bangsa ". Seorang Bidan itu adalah pengabdi masyarakat seutuhnya. Didunia inimanusia memang membutuhkan materi untuk hidup, tapi bukan berarti materi adalah tujuan utama. 

Jujur saya sangat sedih jika mendengar ada Bidan yang menjalankan profesinya semata-mata karena materi. Tapi ini kisah nyata yang pernah saya hadapi. Saya sangat mengagumi profesi yang saya geluti ini dan berharap ke depannya generasi penerus Bidan tidak hanya semata memandang materi, tapi lebih mengutamakan pengabdian pada negara. Masih banyak masyarakat didaerah terpencil yang membutuhkan bantuan Bidan-Bidan yang profesional dan memiliki naluri untuk menolong orang lain tanpa pamrih.

Baca Juga: Bidan Indonesia, Profesi di Persimpangan Jalan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun