Mohon tunggu...
dewi wulansari
dewi wulansari Mohon Tunggu... Penulis - penulis

sastra Inggris UNDIP

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hari Depan Petanian Kita

13 Agustus 2020   01:10 Diperbarui: 13 Agustus 2020   01:44 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tuhan memberikan keberkahanNya lewat tanah melalui tangan yang mengolah sawah dan ladang yang menghasilkan sumber pangan bagi manusia. Sejatinya perjalanan hidup manusia ini terbangun dari keajegan-kajegan para petani yang tetap istiqomah dalam profesi termulianya sebagai petani.

Petani dengan segala pernak-pernik kehidupannya harus dijadikan profesi yang bermartabat. Bertani tidak boleh lagi dianggap sebagai pekerjaan rendahan dan dicap "Ndeso", bekerja sebagai petani juga merupakan "pahlawan bangsa-pahlawan pangan' penyelamat kehidupan bangsa.

Dunia pendidikan harus mengambil peran dalam membentuk paradigma masyarakat soal "Martabat Petani" dan esensi pertanian. Masyarakat dididik untuk menghargai pekerjaan sebagai petani dan menghargai hasil pertanian. Dunia pendidikan kita harus mampu mencetak generasi petani yang profesional, tangguh, berdedikasi dan berintegritas sehingga citra tidak terpelajar kaum petani lambat laun akan hilang dengan sendirinya. Sehingga pendidikan tidak memisahkan masyarakat dari akar ruputnya, pendidikan yang bermula dari asalnya manusia bertumbuh, berkembang, dan dibesarkan yaitu dari tanahnya.

Pemuliaan Terhadap Petani

Kehidupan para petani kita saat ini banyak mengalami derita kerugian yang tak terperikan. Derita para petani kita karena keringnya sawah sewaktu musim kemarau, kebanjiran ketika musim penghujan, gagal panen karena hama, kelangkaan dan harga pupuk yang tidak bisa terbeli oleh petani, biaya produksi yang lebih tinggi dari hasil panen, bahkan di musim panenpun petani pun masih terjerat hutang akibat tingginya biaya pengolahan dan produksi.

Harga yang selalu dipermainkan oleh tengkulak, dan kebijakan impor pemerintah sebagai solusi instant soal ketahanan pangan nasional menjadi kebijakan yang jauh dari rasa keadilan bagi kaum tani, sampai adanya tragedi krisis pangan merupakan perjalanan panjang sejarah bangsa yang menjadi cerita memilukan masyarakat kita sebagai negara agraris di dunia.

Petani bergulat dengan roda waktu yang selalu menggilasnya. Jika hal ini terus dibiarkan maka bukan hanya nasib petani yang dipertaruhkan tapi nasib bangsa ini juga menjadi taruhannya. 

Pada tahapan inilah kebijakan pertanian harus terus didorong agar terus berpihak kepada petani. Negara wajib memberikan solusi dan menjawab pertanyaan petani: "Kenapa petani padi membeli beras? Kenapa petani bandeng tidak bisa makan bandeng? Kenapa petani menjual lahannya untuk bisa hidup? Kenapa anak modern sekarang tidak ada yang menjadi petani? Kenapa kaum muda tidak lagi tahu dan mau menderes nira kelapa dan aren? Dimanakah perlindungan untuk kaum petani kita?

Kehidupan pertanian kita bergantung dengan banyak hal, bukan hanya lewat dunia pendidikan saja dan mindset masyarakat yang berubah tetapi juga harus beriringan dengan kebijakan pemerintah yang berpihak kepada sektor pertanian. Langkah bijak yang seharusnya diambil pemerintah untuk memajukan pertanian kita saat ini adalah dengan "memuliakan petani". 

Hal-hal yang harus diperhatikan oleh pemerintah dalam memuliakan petani adalah: pertama, adanya perlindungan nasib para petani soal harga pasar, kesehatan, pendidikan, dan lahan. Adanya interfensi pemerintah dalam penentuan harga pasar yang melindungi petani, jaminan dan pelayanan kesehatan bagi petani yang rentan akan resiko kecelakaan kerja, menyediakan fasilitas dan ruang pendidikan bagi para petani, serta perlindungan terhadap lahan milik petani. Yang demikian itu menjadi bentuk perlindungan pemerintah terhadap para petani.

Kedua, permodalan untuk petani terkait biaya produksi pertanian dari pupuk, benih, alat produksi pertanian, teknologi pertanian, dan pemasaran, pengolahan produk pertanian, serta akses permodalan yang ringan dan mudah. Hal yang menyakitkan bagi para petani kecil adalah kesulitan dalam permodalan. Banyak lembaga keuangan yang tidak percaya kepada peminjam dengan status petani, kecil karena dinilai tidak memiliki nilai usaha ekonomi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun