Mohon tunggu...
Nuke Patrianagara
Nuke Patrianagara Mohon Tunggu... Freelancer - cerah, ceria, cetar membahana

rasa optimis adalah kunci

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Gerakan Hijau Nonton Piala Dunia 2018 dengan Kacang Garuda

14 Juli 2018   12:34 Diperbarui: 14 Juli 2018   12:43 829
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seingat saya sejak kecil menyukai menonton pertandingan sepakbola di televisi dan anak-anak yang bermain di depan rumah, mungkin karena bapak punya hobi yang sama, nonton sambil diskusi dan berbagi cerita.  Setiap pertandingan baik dalam dan luar negeri saya usahakan untuk ditonton, kalau pertandingan berlangsung dini hari saya begadang. 

Saking hobinya saya mengumpulkan poster pemain dan tim bola termasuk bajunya.  Langganan tabloid pun tabloid olahraga. Saat kumpul keluarga pasti bahas sepakbola dan pertanyaan selalu dilemparkan pada saya, siapa saja pemain nasional berbagai negara atau klub ternama di liga Eropa.  Saya bisa menjawab darimana permainan itu berasal dan bermain untuk klub mana, anak yang lain ditanya tentang sekolah, saya ditanya tentang bola.  

Sempat terlintas bercita-cita jadi seorang pemain bola terkenal, pesona para pemainnya tidak lekang oleh zaman, bersinar menjadi idola disetiap penjuru, tapi saya terlahir sebagai kaum hawa, sepakbola kaum hawa  bukan konsumsi publik yang dominan seperti halnya kaum adam.  Hobi olahraga saya salurkan dengan ikut Karate saat SMP dan bermain hoki saat kuliah, lewat hoki yang mirip permainan sepakbola saya menemukan rasa yang hampir sama.

Pembukaan Piala Dunia 2018 dua hari sebelum lebaran, saat puncak arus mudik, pertandingan diawali oleh Tim Rusia sebagai tuan rumah dan tim Arab Saudi.  Tim Arab Saudi menyerah pada tim tuan rumah dengan skor cukup telak yaitu 5 - 0, mungkin efek puasa para pemainnya. Itu anekdot yang muncul di masyarakat. Piala Dunia 2018 diikuti 32 tim, terbagi delapan grup, ada negara yang langganan masuk Piala Dunia, ada juga yang pertama kali lolos Piala Dunia.

Euforia Piala Dunia menembus ke setiap pori-pori masyarakat Indonesia pada umumnya, saat pertandingan dimulai, jalanan terlihat lebih sepi,warung-warung, cafe-cafe, mall-mall menyediakan media untuk bisa menonton siaran langsung.  Sorak sorai dari kerumunan para pecinta bola berteriak menyemangati para jagoan yang bermain di beda negara dan benua terpisah sekian samudera.  .

Kumpul keluarga saat lebaran juga diramaikan dengan nonton bareng Piala Dunia 2018, kebetulan sekarang ibu saya menjadi penggemar bola, lontaran kata saat nonton menjadi hiburan tersendiri bagi kami semua, bisa tertawa terpingkal-pingkal saat ibu saya tiba-tiba mengomentari pemain, lucu dan datar, apalagi kata-katanya dalam bahasa sunda yang sudah jarang orang kemukakan. Lebaran kali ini benar-benar meriah.

Nonton bola tanpa ditemani makanan kecil sama saja dengan sayur tanpa garam, seperti makanan buat orang sakit, rasanya hambar tanpa semangat. Makanan kecil saat nonton menjadi pemicu  tersendiri, pilihan makanan kecil jatuh pada kacang garuda, sahabat menonton sejak dulu kala.  

Dari sekian banyak produk kacang garuda, kalau untuk teman nonton bola saya cocok dengan kacang kulit, membuka kulit kacang dan mata tertuju pada layar televisi menjadi seni tersendiri. Masing-masing produk kacang garuda menjadi teman berbeda dalam menikmatinya, saat makan bakso kacang atom yang cocok, kacang telur saat kumpul dengan teman,  kacang kedelai saat makan soto serta produk-produk lainnya. Ingat jangan nonton bola tanpa kacang garuda https://www.garudafood.com. 

Selalu ada kejutan baik dari dalam lapangan maupun luar lapangan, lahirnya bintang-bintang baru, Kylian Mbappe Lottin salah satunya, pemuda kelahiran Bondy Perancis 20 Desember 1998, lahir beberapa bulan setelah Perancis menjadi juara piala dunia 1998, sang pelatih saat ini Didier Deschamps adalah kapten tim Perancis saat piala itu diangkat tinggi sebagai tanda tim juara.  Kehadiran Mbappe disamakan dengan Pele kala itu.  Muda, energik penuh talenta, bersiap berlaga di final Piala Dunia setelah  mengubur impian Belgia dengan skor 1 -- 0.

Kroasia menyusul Perancis untuk bertemu di Partai Final setelah menghempaskan tim Inggris dengan skor 2-1,  menurut sejarah Piala Dunia setiap 20 tahun selalu lahir juara baru, apakah sejarah akan berulang atau ada sejarah baru, kedua finalis memungkinkan keduanya terjadi.  20 tahun lalu Perancis menjadi juara untuk pertama kalinya, sedangkan tim Kroasia belum pernah merasakan tangga juara tertinggi.

Banyaknya pemain  yang bersinar di Piala Dunia, beberapa berasal dari kaum terpinggirkan, dengan semangat dan kerja keras mereka menjadi bintang, ini menjadi pemicu bagi generasi muda, tidak ada yang tidak mungkin, gantungkan cita-citamu setinggi langit, raih dengan kerja keras juga cerdas, jangan menjadi generasi yang mudah lelah dan menyerah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun