Mohon tunggu...
Nur Dini
Nur Dini Mohon Tunggu... Buruh - Find me on instagram or shopee @nvrdini

Omelan dan gerutuan yang terpendam, mari ungkapkan

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Vertical Farming dan Konservasi Air

22 Agustus 2019   08:36 Diperbarui: 4 September 2019   14:52 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hallo,
Beberapa waktu yang lalu, saya pernah membuat artikel tentang vertical farming dan pembahasannya sebagai penyelesaian polusi udara di perkotaan serta krisis pangan.  Nah, kali ini saya masih akan membahas vertical farming lagi, tapi dari sisi konservasi air.

Pada artikel pertama saya mengatakan kalau penanaman dalam vertical farming dilakukan dalam rak bertumbuk dan gedungnya dibuat bertingkat agar hasil yang diperoleh dapat berlipat-lipat.  

Agar dapat ditumpuk dengar rak susun, metode tanam yang dapat digunakan adalah hidroponik.  Hidroponik adalah budidaya menanam dengan memanfaatkan air tanpa menggunakan tanah dengan menekankan pada pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi tanaman (wikipedia.org). 

Jenis hidroponik yang dapat digunakan adalah static solution culture (SSC), continous-flow solution culture (CSC), dan aerophonics.  Sesuai namanya, SSC berarti air yang digunakan diam, tidak mengalir.  

Jadi bibit tanaman diletakkan pada media yang mengapung diatas air.  Untuk CSC, bibit tanaman ditempatkan pada suatu media penahan dengan air yang terus mengalir.

Aeroponik merupakan sistem penanaman yang akarnya secara berkala dibasahi dengan butiran-butiran larutan nutrien yang halus (wikipedia.org).  

Metode ini tidak memerlukan media, sehingga tanaman yang tumbuh dengan akar menggantung di udara.  Nutrisi untuk tanaman akan diperoleh dengan menyemprotkan air yang telah dicampur nutrient tepat ke akar tanaman secara berkala.  

Dok: lilavert.com
Dok: lilavert.com
Masing-masing metode memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.  Pada SSC dan CSC, pengunaan air sebagai media tanam menjadikan akar tanaman selalu terendam oleh air.   

Dengan begitu, kita bisa merancang agar air yang digunakan untuk menanam sekaligus digunakan untuk memelihara ikan.  Kotoran ikan dapat menjadi nutrisi alami bagi tanaman.  

Ikan yang dipelihara adalah ikan yang mudah diternak untuk tujuan konsumsi, jadi selain sayur atau buah, dalam satu area juga dihasilkan produk dari ikan air tawar.

Kolam yang digunakan sebagai tempat pemeliharaan ikan sekaligus sebagai media tanam kita sebut sebagai kolam stock.  Untuk pemeliharaan ikan, pakan ikan berasal dari limbah tanaman yang dihancurkan dan dicampur dengan tepung ikan sebagai sumber protein.  

Sisa pakan dan kotoran ikan akan dialirkan bersama air yang berperan sebagai media tanam.  Nutrisi alami untuk tanaman jadi mudah diperoleh.  

Setelah melewati siklus dan air kembali ke kolam stock, air sudah bersih kembali karena terdapat banyak akar tanaman yang berfungai sebagai filter alami pembersih air.

Pada metode aeroponik, nutrisi harus dapat larut dalam air sehingga tidak mengganggu distribusi atau menyumbat pipa/selang penyemprot.  Masing-masing tanaman, pada bagian bawah akar terdapat wadah untuk menampung sisa air dan nutrisi yang telah disemprotkan namun tidak terserap oleh akar.  

Dari penampung ini, akan kembali dialirkan ke kolam stock sehingga nanti dapat digunakan kembali.  Kolam stock pada aeroponik bisa dibuat lebih kecil dari CSC karena kolam stock hanya berfungsi untuk pusat sirkulasi nutrisi saja.

Pertanyaan selanjutnya adalah dari mana kita memperoleh air? Kita bisa mengambil dari air tanah, air PAM, air hujan, atau kombinasi ketiganya.  

Untuk air tanah dan air PAM, tentu semua sudah tahu, tapi kalau air hujan bagaimana? Pada area luar gedung yang terkena hujan langsung dibuatkan saluran menuju ke area pengolahan air yang diletakkan di basement.  

Air hujan akan difilter untuk memisahkannya dengan debu atau kotoran lain, dan dialirkan menuju resin yang dapat menyerap zat-zat polutan yang terlarut dalam air hujan sehingga menyebabkannya bersifat asam.  Setelah diproses dan melalui uji kelayakan, air tersebut bisa digunakan untuk media tanam.

Ide ini masih memerlukan banyak pengajian dari berbagai aspek.  Saya harap di masa mendatang ide ini dapat terwujud dengan kerjasama antara pemerintah dan pihak swasta.  

Kita tidak akan pernah tahu berapa keuntungan yang bisa kita dapat, berapa polusi yang bisa kita kurangi, berapa air yang bisa kita hemat, dan apa benar krisis pangan bisa ditanggulangi dengan ini kalau tidak kita coba.  

Jika mungkin penerapan dalam bentuk gedung 10 lantai sulit, mari coba dulu dalam skala kecil di rumah.  Kalau bukan kita yang memulai, siapa lagi? Kalau bukan sekarang, kapan lagi? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun