Mohon tunggu...
Nur Dini
Nur Dini Mohon Tunggu... Buruh - Find me on instagram or shopee @nvrdini

Omelan dan gerutuan yang terpendam, mari ungkapkan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Part Time Ngemis Daging Kurban

12 Agustus 2019   11:05 Diperbarui: 12 Agustus 2019   11:13 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Hallo,
Beberapa waktu yang lalu saya pernah share artikel tentang part time ngemis , dalam artikel itu lebih menggambarkan tentang banyaknya peminta-minta menjelang hari raya Idul  Fitri.  

Tapi jangan salah, Idul Adha juga ada yang semacam ini.  Minta apa? Apalagi kalau bukan minta daging kurban.  Dalam sehari, mereka bisa mendapat daging sekarung.  Bukan karung beras ukuran 25 kg, karung yang dibawa ukuran 40 kg.  Iya, sebanyak itu.

Biasanya sekitar jam 1 siang orang entah dari mana berbondong-bondong lewat depan rumah saya menuju masjid untuk antri minta daging kurban.  Trik agar dapat banyak adalah sekeluarga datang bersama karena setiap yang antri akan diberi jatah 1 kantong.  Besar-kecil, tua-muda, kakek-nenek, balita-remaja, semua yang antri dapat.  

Orang yang mau antri daging kurban beberapa memang kekurangan, tapi ada juga yang terlihat kecukupan.  Beberapa dari mereka ada yang bawa motor model terbaru, gres.  

Selain itu, ada juga yang pakai perhiasan yang besar dan mencolok, membawa smartphone android yang lebih mahal dari punya saya, masih sambil merokok.  Yah elah, beli rokok punya, masa daging masih minta-minta?

Saya pikir awalnya kurban itu masalah mampu dan tidak mampu, kecukupan atau kekurangan, kaya dan miskin.  Tapi kalau nyatanya yang minta kadang terlihat lebih berada daripada yang membagikan, jangan-jangan kurban itu perkara mau dan tidak mau, niat dan tidak niat.  Ada yang pas-pasan memenuhi kebutuhannya, tapi mau menabung demi bisa berkurban.  

Ada juga yang harus hutang dulu untuk beli hewan kurban karena memang sudah niat tapi uangnya masih kurang.  Tapi ada pula yang cukup untuk bayar motor, beli perhiasan, beli rokok tiap hari, tapi lebih memilih antri minta daging kurban.

Sepertinya revolusi mental diperlukan terkait hal ini.  Orang yang meminta belum tentu karena mereka benar-benar butuh dan masih kekurangan setelah segala usaha mereka, tapi bisa juga karena emang pengen aja, cari untung.  

Dari rombongan pengantri daging kurban itu, pasti sebagian untuk dijual, bukan murni untuk konsumsi sendiri.  Saya yakin karena saya sekeluarga dapat jatah sekantong aja ga habis-habis, gimana dapat sekarung besar?  

Bisa berminggu-minggu kalau hanya dimakan sendiri.  Hukumnya memang diperbolehkan untuk menjual daging kurban yang diperoleh, tapi bukan berarti bisa minta kesana kemari sebanyak-banyaknya untuk dijual.  Pembagian kurban bukan arena kulakan daging, sumber bisnis jual beli daging dengan untung 100%.

Orang yang berkurban memang sudah ihlas dan tidak memikirkan lagi kurban mereka akan diberikan pada siapa, tapi bukan berarti orang bermental minta bebas cari untung.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun