Mohon tunggu...
Mohamad Noval Bramantyo H
Mohamad Noval Bramantyo H Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA ILMU KOMUNIKASI

Suka bermain game

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Minoritas Budaya Suku Minangkabau di Masyarakat Indonesia

2 Januari 2023   19:20 Diperbarui: 2 Januari 2023   19:55 503
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Masyarakat Indonesia secara kultural memang sangat kental dengan adat patriarki. Budaya patriarki secara turun temurun membentuk perbedaan perilaku, status dan otoritas antara laki-laki dan perempuan, distribusi kekuasaan laki-laki memiliki keunggulan dibanding dengan perempuan dalam satu atau lebih aspek, seperti penentuan garis keturunan (keturunan patrilineal eksklusif dan membawa nama belakang), hak-hak anak sulung, otonomi pribadi dalam hubungan sosial, partisipasi dalam status publik dan politik. 

Laki-laki memonopoli seluruh peran. Hubungan yang timpang itu seringkali memunculkan konflik di dalam masyarakat, terutama konflik dalam rumah tangga yang berujung pada tindak kekerasan terhadap perempuan.

Di Indonesia ada sebuat adat yang di mana perempuan memiliki sebuah kedudukan yang tinggi dibanding laki-laki. Semacam relasi kuasa, tanpa adanya kata boleh dari perempuan, maka segala rencana belum dapat dilaksanakan pengerjaannya.

Adat Minangkabau adalah salah satu adat Indonesia. Banyak suku di Indonesia menganut sistem yang berbeda-beda, salah satunya matrilineal. Suku Minangkabau menganut sistem matrilineal ini dan berlaku turun-temurun sampai sekarang. Wanita Minangkabau disebut Padusi atau wani.

Perempuan di Minangkabau sangat diistimewakan karena mereka memiliki kedudukan yang tinggi dan berbagai karena mereka yang mengambil semua keputusan. Hal ini juga karena masyarakat Minangkabau menganut sistem matrilineal di mana mereka mengikuti garis keturunan ibu.

Status tertinggi wanita Minangkabau adalah Bundo Kanduang. Keberadaan Bundo Kanduang sangat penting dalam kaum tersebut karena kaum tersebut membutuhkan seorang pemimpin perempuan yang dapat memimpin seluruh perempuan beserta anak dan cucunya dalam kaum tersebut.

Keperkasaan perempuan Minangkabau juga mempengaruhinya terkait pengambilan keputusan dalam keluarga. Karena perempuan di Minangkabau memiliki tampuk kekuasaan yang berefek kepada segala keputusan yang ada dalam rumah tangga harus diputuskan oleh perempuan, sebab perempuan adalah bundo kanduang, limpapeh rumah gadang, 

Suara perempuan didengar. Inilah unik dan istimewanya perempuan Minangkabau. Ia memiliki kedudukan dalam kaumnya. Termasuk dalam pola mengurus anak. 

Dalam adat Minangkabau, anak diurus oleh perempuan. Bahkan peran ayah dapat dikatakan hampir tidak ada. Kemudian keterlibatan perempuan dalam menyelesaikan segala persoalan yang ada dalam masyarakat dipegang oleh bundo kanduang yang berperan sebagai aktor intelektual di dalam menyelesaikan berbagai persoalan.

Secara tidak langsung, ini sejalan dengan apa yang tengah digaungkan jamak orang sekarang yaitu terkait kesetaraan gender. Bahkan, sebelum isu kesetaraan gender itu bergema di seluruh jagat bumi, terutama di dunia Barat, orang Minangkabau telah menjalankan apa yang disebut sebagai kesetaraan gender tersebut.

Di Indonesia sendiri adat seperti adat minangkabau sangat sedikit dijumpai, suku-suku lain di Indonesia banyak menggunakan sistem patriarki yang di mana laki-laki memiliki kekuasan yang lebih dari perempuan. Hal ini sangat bertolak belakang akan tetapi adat minangkabau ini tidak lekang oleh waktu dan menjadi turun-temurun hingga saat ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun