Mohon tunggu...
Nuzul Karima Ramadani
Nuzul Karima Ramadani Mohon Tunggu... Lainnya - nuzul XI MIPA 3/28 SMAN 28 JKT

SMAN 28 JAKARTA ' 2022

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Resensi Buku "I Want to Die but I Want to Eat Tteokpokki"

8 Maret 2021   21:36 Diperbarui: 9 Maret 2021   11:32 47640
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Identitas Buku

  • Judul : I Want to Die but I Want to Eat Tteokpokki
  • ISBN : 978-623-7351-03-0
  • Pengarang : Baek Se Hee
  • Penerjemah : Hyacinta Louisa
  • Penerbit : PT. Haru Media Sejahtera
  • Tahun terbit : 2019
  • Jumlah halaman : 236 halaman
  • Genre : self improvement
  • Harga buku : Rp99.000,- harga Pulau Jawa

"I Want to Die but I Want to Eat Tteokpokki" adalah sebuah buku yang ditulis oleh penulis berkebangsaan Korea Selatan, Baek Se Hee. 

Seorang wanita kelahiran tahun 1990 yang lulus dari jurusan sastra dan bekerja di salah satu penerbit, yang selama 10 tahun mengalami depresi ringan berkepanjangan (dalam istilah medis disebut juga dengan distimia) dan gangguan kecemasan. Buku ini sangat populer di negara asalnya, sehingga banyak diterjemahkan ke berbagai macam bahasa. 

Melalui buku ini, penulis ingin berbagi pengalamannya secara jujur, bagaimana ia merasa tidak baik-baik saja, lalu meminta saran ahli, kemudian mencoba bangkit dan berusaha menyembuhkan dirinya sendiri. Baek Se Hee ingin memberitahu pada pembaca bahwa pada akhirnya kita hanya perlu sedikit lebih mencintai diri kita sendiri. 

Sinopsis

Baek Se Hee, seorang penulis yang mengalami depresi berkepanjangan. Ia sudah mengunjungi berbagai psikolog maupun psikiater yang berbeda, tetapi tidak membuahkan hasil. Hingga akhirnya pada tahun 2017, ia menemukan rumah sakit yang cocok dan menjalani pengobatan rutinnya di sana, baik menggunakan obat maupun dengan metode konsultasi. 

Judul buku ini diambil dari apa yang dirasakan oleh penulis. Karena disaat penulis sedang merasa sedih dan ingin menangis, lalu merasakan sebuah kekosongan di hatinya. Lucunya, meskipun penulis merasakan kekosongan itu ia tetap pergi untuk makan tteokpokki (makan khas Korea berupa kue beras yang dimasak dalam bumbu pasta cabai).  Ia juga mengatakan, setelah memakannya ia merasakan perasaan yang ambigu. Tidak merasa sedih, tidak pula merasa bahagia.

Di setiap kunjungan konsultasinya, psikiater menanyakan hal-hal mendasar seputar kehidupan sehari-hari yang dijalani oleh Baek Se Hee. Ia menanyakan pula berbagai perasaan yang timbul apabila dihadapkan oleh sebuah situasi yang berbeda-beda. Ada banyak kutipan menarik yang termuat di dalam buku ini.

 "Tidak apa-apa jika tidak bersemangat. Mungkin saja hari ini aku tidak bisa melakukan pekerjaanku dengan baik. Itu semua adalah pengalaman. Tidak apa-apa."

- Baek Se Hee, dalam buku I Want to Die but I Want to Eat Tteokpokki

Kelebihan

Buku ini mengajarkan banyak nilai positif, menyadarkan kita betapa pentingnya berdamai dengan diri sendiri. Berhenti menetapkan standar tinggi dalam diri, berhenti memikirkan hal-hal yang tidak perlu dipikirkan dan lakukan apa yang benar-benar membuatmu merasa nyaman dan suka. Dengan hal-hal sederhana seperti menjadi diri sendiri tanpa peduli orang lain akan beranggapan apa adalah salah satu yang bisa membuat kita mencintai diri sendiri. 

Buku ini juga dikemas dengan sangat menarik, di setiap awal bab diberikan pembatas yang disertai kutipan menarik. Diberikan pula highliter di kalimat-kalimat penting di setiap paragraf.

Kekurangan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun