Mohon tunggu...
Ilmiawan
Ilmiawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Lagi belajar nulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sang Gagak

20 Desember 2022   05:27 Diperbarui: 20 Desember 2022   06:23 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Setelah itu dia berbagi cerita tentang masa mudanya. Dia sudah banyak berbuat dosa. Sudah berapa banyak goa wanita yang dijelajahinya, juga alkohol serta obat-obatan yang membuatnya kehilangan kendali dan merugikan orang. Dia mengungkapkan seluruh dosa-dosanya kepada saya.

"Dan barangkali di suatu tempat, saya memiliki anak."

Saya hanya diam saja dan berharap-harap dia mengantuk dan tertidur. Tapi, matanya itu tajam sekali. Seakan tak ada sesuatu yang mengatakan bahwa ia akan terebah sebentar lagi. Lalu tiba-tiba, dia bertanya kepada saya, "bagaimana dengan anda?"

Saya heran, ada apa dengan saya. Lantas dia bikang bahwa dia sudah menceritakan tentang hidupnya, lalu bagaimana dengan kehiduoan saya. Di situ saya agak terkaget. Beginikah manusia berhubungan? Sebegitu pentingnya kah mereka untuk mengetahui tentang satu sama lain? Saya dan saya yang lain tak pernah tahu satu sama lain. Kami hanya melakukan tugas kami dan berharap dapat pulang ke rumah dan beribadah. Hanya itu. Maka saya benar-benar tak bisa menjawab pertanyaannya. Selain cerita tentang pembunuhan-pembunuhan yang lain.

Kemudian tiba-tiba dia mengelus punggung saya, "saya yakin, itu hal yang sangat berat bagi anda." Saya tak mengerti ucapannya itu. Bagi saya, ini hanyalah tugas dan tak ada hal yang menyakitkan di dalam sana. Saya tak membunuh dengan ragu, apabila sudah sesuai dengan keterangan, maka habislah sudah. Tapi, manusia ini ternyata berbeda. Mereka seakan dapat merasa sesuatu yang menyakitkan, padahal itu sama sekali tak menyakitkan. Tapi, sentuhan yang diberikan olehnya itu benar-benar membuat saya jadi nyaman. Sedemikian kesepiannya kah saya ini? Beginikah yang dimaksud dengan kebersamaan? Saya tak pernah merasakannya. Apakah ini yang dinamakan kisah kasih?

Kemudian setelah dia melepaskan tangannya dari punggung saya, dia merebahkan kepalanya di paha saya. Dia tersenyum melihat langit-langit halte bis yang sudah kotor, kemudian matanya menatap saya. Dan tersenyum. Saya tak tahu apa maksudnya, lantas dia mengambil tangan saya dan meletakkan di kepalanya. Dia mengajarkan saya cara mengelus. Maka saya melakukannya. Ada sesuatu di dalam saya yang bergetar dan terasa begitu hangat. Inikah namanya kasih sayang? Saya terharu.

Laki-laki itu kini sudah memejamkan matanya. Jauh di dalam, saya berharap dia tak melakukan itu. Tapi, saya tak bisa berbuat apa-apa selain membiarkan dia melakukannya untuk tugas saya yang sebentar lagi akan usai terlaksana. Titik-titik embun jatuh keluar dari mata saya dan rasanya hangat. Saya heran. Tapi, ini begitu menyenangkan rasanya. Dan saat sesuatu bagai suara lonceng terdengar di dalam kepala saya, maka inilah saatnya. Air di mata ini jatuh terburai seperti mata air di dalam tanah yang menyembur keluar sedikit demi sedikit dan menjadi genanangan becek. Saya tak tahu perasaan apa ini, tapi tangan ini sungguh berat untuk melaksanakannya. Maka saya menarik nyawanya dengan sangat halus dan hati-hati. Sebuah kehati-hatian dari seorang ibu yang menggendong anaknya yang sedang tertidur. Saya hantarkan nyawanya serupa angin yang meniup bulu dendalion kepada Tuhan.

Saat saya sudah melaksanakannya. Air mata ini tak berhenti jatuh. Terus keluar dan saya tak tahu bagaimana cara menghentikannya. Sebelum saya meninggalkannya di halte itu, saya mengangkat kepalanya dengan sangat pelan dari paha saya, dan meletakkannya di bangku dengan keberhati-hatian yang memabukkan. Saya cukup lama menyaksikan tubuhnya terbaring di sana, yang tidak mendengkur lagi bersama malam.

Ada sesuatu di dalam dada saya yang terasa sangat menyesakkan. Inikah yang dinamakan pembunuhan?

Apakah saya harus pensiun?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun