Mohon tunggu...
Ilmiawan
Ilmiawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Lagi belajar nulis.

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

"High Risk Behaviour" Album The Chats yang Membangkitkan Gairah

22 Juli 2021   18:23 Diperbarui: 22 Juli 2021   18:37 514
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
source: www.thechatslovebeer.com

Band Punk Australia, The Chats telah menciptakan genre mereka sendiri, yaitu shed rock, terdefinisikan sebagai musik yang kasar, liar, berandalan, yang dinamai berdasarkan gubuk kayu tempat mereka biasa berlatih.

Sifat anak muda yang suka menyeringai dan sulit diatur terangkum dalam 'High Risk Behaviour', sebuah album yang memberikan simbol punk rock yang sudah lama saya nantikan untuk ditulis. Sebuah debut album yang menurut saya murni punk rock berhasil diciptakan oleh 3 remaja asal Australia. Ini adalah perilisan full-length album pertama mereka setelah perilisan dua EP, 'The Chats' (2016) dan 'Get This in Ya!!' (2017). 

Meskipun dikatakan sebagai pendatang baru, namun mereka telah melakukan tur dengan Queens of The Stone Age dan Iggy Pop, bahkan Dave Grohl (Foo Fighters) menggemari lagu-lagu mereka. Namun kesuksesan yang mereka miliki tidak mengubah mereka sama sekali. Jalan yang harus mereka tempuh masih panjang, 'obat-obatan' dan 'kenakalan' rock'n'roll tak bisa mereka lepaskan.

Muda, bodoh, dan energic adalah 3 kata yang tepat untuk mendefinisikan album 'High Risk Behaviour'. Selepas sebelumnya mereka menjadi viral karena sebuah lagu yang berjudul 'Smoko', yang berbicara tentang waktu istirahat di jam kerja di tahun 2017 silam. Intro 'Smoko' mengingatkan saya dengan 'Ironi' oleh Kelompok Penerbang Roket. 

Saya merasa mereka bertiga adalah sekumpulan pemuda Australia yang jarang mendapatkan kehangatan wanita dan waktu bercinta yang tak cukup, hingga nafsu yang menumpuk tercurah dalam musik-musik mereka yang tampak seperti suatu semangat pemberontak yang terpendam malah meledak untuk sekedar minum bir dan mendapatkan tawaan receh. Persis seperti yang dikatakan oleh vokalis mereka, Eamon Sandwith dalam sebuah wawancara, "Kami tidak membuat lagu untuk dilihat orang sebagai sesuatu yang emosional atau intelektual. Kami hanya membuat lagu untuk orang-orang agar mereka melompat-lompat dan bersenang-senang." 

Tetapi saya sendiri tidak siap menerima album ini saking keren dan nakalnya ketika pertama kali dirilis pada 2020 lalu, sebuah pure punk tanpa beban terus terputar tanpa henti dalam sebuah album yang berdurasi selama 28 menit itu. Sebuah album candaan dan terkesan tak ada serius-seriusnya justru terlihat brilian.Itulah mengapa saya yakin, The Chats memilih menciptakan dan memainkan musiknya dengan hati ketimbang kepala.

Tak satu pun lagu dalam 'High Risk Behaviour' dipoles atau disempurnakan. Alih-alih dipercantik agar terkesan artistik malah lebih tercipta estetik dengan sebuah 'kekacau-balauan' kehidupan remaja di Australia yang bersinar berkat pesona apa adanya dan selera humor alami mereka. The Chats sejatinya memang sering membawa budaya kehidupan remaja Australia ke dalam lagunya, yang terkadang terdengar jenaka dan konyol. Album ini penuh dengan lagu-lagu yang menceritakan kegiatan sehari-hari yang terkadang menyerupai debut album Arctic Monkeys. Album ini sebagai gambaran sebuah kehidupan yang membosankan, tak punya uang, hiburan murahan, yang artinya mudah mendapatkan kesenangan. Namun di balik itu semua, lagu-lagu di dalam album ini menunjukkan sisi optimis yang begitu kental dalam menjalani hidup.

'High Risk Behaviour' tampak seperti upaya mereka dalam menjaga sound agar terdengar halus, namun di saat yang bersamaan terdengar kasar, tetapi di sini mereka terdengar lebih padat dan lebih terstruktur daripada lagu-lagu mereka dalam EP 2017. Bahkan ada solo gitar di lagu 'Identity Theft', sebuah lagu tentang pengumuman layanan masyarakat yang memperingatkan bahaya membeli pil secara online.

Karya dan permainan live mereka semuanya menyenangkan. Dengan hadirnya 'High Risk Behaviour' The Chats seakan-akan kembali membuktikan dirinya sebagai salah satu band punk paling hot saat ini. Formula mereka sederhana, fast and loud. Dengan separuh lagu yang tak satupun di antaranya lebih dari tiga menit, semuanya tercipta dengan riff yang sangat sederhana dan tampaknya begitulah shed rock: punk, sederhana, liar, dan jenaka. 

'High Risk Behaviour' berisi sekumpulan lagu dengan energi chaos yang tampaknya sudah menjadi ciri khas The Chats sebagai sebuah band punk. 'Stinker', lagu pembuka yang kasar, sesekali terdengar seperti Sex Pistols dengan versi yang lebih rapi dan bermain kencang, 'The Clap', humor yang asyik, dan 'Do What I Want', sebuah obrolan tentang merayakan hidup dengan tujuan bersenang-senang.

Album ini takkan berhasil tercipta sesukses ini tanpa adanya hasrat 'gila-gilaan' alamiah mereka sendiri dalam menciptakan lagu. Itulah mengapa The Chats lebih senang menghadapi masalah dengan tertawa, senang-senang, melompat-lompat sepanjang waktu tanpa memurungkan diri sendiri dengan berkoar-koar di media sosial dan memprotesi banyak masalah yang tak bisa diselesaikan sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun