Mohon tunggu...
Ilmiawan
Ilmiawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Lagi belajar nulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Rina Tertawa Sebelum Rudi Pergi

18 Juli 2021   19:13 Diperbarui: 18 Juli 2021   20:02 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku tak tahu, meninggalnya Ibu Bapak ternyata sangat berat rasanya, padahal aku sudah lama membenci mereka, terlebih ketika aku sudah tak diizinkan lagi berkumpul dengan anak-anak pecinta punk, apalagi berpacaran dengan salah satu di antara mereka.

Namun tampaknya bukan itu yang membuatku murung. Aku tak siap dinikahi olehnya lima belas tahun lalu, kini aku merasa berada pada puncak kegelisahan itu.  Seperti ada sesuatu yang kosong, cuma aku yang merasakannya, dan aku tak tahu apa yang harus diisi di sana.

Sepertinya aku hanya merindukan kehidupan masa mudaku dulu.

***

Ia tinggal di sebuah perumahan kelas atas, di mana banyak mobil-mobil mewah terparkir di halaman-halamannya. Pohon-pohon cemara mungil berjejer sepanjang jalan di kanan kiri, dan pagar-pagar rumahnya terbuat dari kayu mahal dipernis mengkilat, dan beberapa di antaranya ditumbuhi dengan tanaman yang menjalar, sungguh elegan. 

Kupandangi rumah pertama saja membuatku bisa memandangi, begitu hinanya aku menginjak jalanan ini dengan memakai kaus istriku dengan celana jeans yang bercorak tumpahan cat putih, serta sepatu boots hitam. Tapi mengapa aku harus merasa hina, sedang aku bukan siapa-siapa di sini.

505. kuulang kali melewati rumah itu. Sepi. Tak sekalipun kulihat ada kehidupan di sana hingga aku tak sengaja melihat seorang gadis baru saja turun dari kursi penumpang BMW biru dan mendadah-dadah seseorang di balik kaca hitam mobil itu, lalu masuk ke pekarangan rumah. 

Anaknya? Aku tak tahu, tetapi orang di dalam mobil BMW itu sudah pasti bukan lelaki itu. Karena ia kuamati selalu menggunakan mobil Pajero ketika bertemu denganku. Dan Pajero itu tak kunjung pulang ke rumahnya. Dan malam sudah datang, aku terpuruk sebab tak mendapatkan informasi apapun mengenainya, selain seorang gadis yang aku tak tahu dia siapanya lelaki itu.

Malam ini aku makan sendirian, tiga kursi lainnya kosong. Dan dapur terasa asing bagiku, bahkan keseluruhan bagian rumah ini terasa asing sekarang. Tidak ada lagi suara dentang-dentang menyebalkan di dapur, ruang tv yang sunyi dan benda-bendanya tertata rapi pada tempatnya. 

Piringan hitam tidak lagi memutar Ramones. Sungguh ruang-ruang di rumah ini  bukan seperti ruangan yang pernah kumiliki. Terlebih kamar tidur, tak ada kegiatan membaca buku atau menonton film sebelum tidur, sehingga satu bantal tak terpakai menjadi temanku berbicara. Berdebat dengan diriku sendiri tentang keberadaan Rina.

Orang tua Rina sudah meninggal sepuluh bulan lalu, dan rumah mereka sudah bukan kepunyaannya lagi. Langsung dijual sepekan setelahnya untuk menghibur diri menonton konser Iggy Pop di Sidney. Jadi aku tak punya clue apapun tentang keberadaannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun