Mohon tunggu...
Ilmiawan
Ilmiawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Lagi belajar nulis.

Selanjutnya

Tutup

Music

The Strokes: Why Are Sundays So Depressing?

11 Juli 2021   18:16 Diperbarui: 11 Juli 2021   18:24 865
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Musik. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Kita berada di zaman di mana rock bagaikan mitos Yunani yang  memiliki dewa-dewa melegenda. Perbedaannya, Gods of Rock itu nyata. Di masa sekarang ini, tampaknya tidak ada lagi musisi-musisi yang akan mengalahkan era musik paling berjaya yang pernah ada, Rock 'n Roll. Di mana Rock and roll berhasil merubah perilaku masyarakat yang formal, classy, sopan, lugu, menjadi orang-orang rebel, penuh aksi, dan idealis. Rock and roll tercipta oleh perpaduan tradisi musik Afrika-Amerika dan kulit putih, rock and roll menantang norma sosial yang ada, termasuk pemisahan ras. Rock and roll juga menjadi soundtrack generasi muda yang menentang harapan orang tua mereka pada masa itu, dan tampaknya masih berlaku hingga sekarang. Musik rock identik dengan perlawanan, cinta, dan idealisme, tak jarang membuka kepala para pendengarnya akan sesuatu yang bersifat imajinatif menjadi kenyataan. 

Namun tampaknya, era Rock 'n Roll menggenggam keabadian yang terlalu kuat, hingga membuat banyak yang akan menyerah seiring berkembangnya zaman, di mara era itu banyak mengalami perubahan baik itu dari segi komposisi musik hingga gaya. Elvis Presley, The Beatles, Bob Dylan, CCR, The Rolling Stones, Guns 'n Roses dan perlahan masuk ke zaman musik rock yang lebih santai dan penuh tarian, disco. Zaman ini dipengaruhi oleh berakhirnya perang antara Amerika Serikat dan Vietnam dan orang-orang menjadi lebih santai dan dengan orang-orang yang lebih santai datanglah musik yang lebih santai. Orang-orang menginginkan tempat yang bisa mereka nikmati sendiri dan itulah alasan musik "dance/disco" dimulai, hingga lahirnya kembali jati diri rock ke permukaan dengan musik-musik keras, groovy, jantan, dan rebel oleh hadirnya Nirvana, Foo Fighters, The White Stripes, dan The Strokes.

Stagnasi mungkin tercipta tanpa disadari, banyak yang akan menggelepar sambil bersandar pada nilai yang dipegang oleh nama mereka. The Strokes sering dikreditkan sebagai penyelamat rock. Mereka seakan-akan dianggap sebagai pewaris  melalui album debut mereka di tahun 2001, 'Is This It'. Namun, album-album mereka berikutnya membuat mereka kehilangan warisan itu. Tetapi begitulah musik, sama seperti roda kehidupan, terkadang di atas, tengah, dan di bawah. . 

Dalam beberapa hal, album-album terbaru mereka terasa seperti sebuah upaya menciptakan seni yang paling artistik. 'The New Abnormal' adalah contohnya, yang tampak tidak membawa warisan rock di era moderen, dan lebih pantas untuk disebut musik pop ketimbang rock. 'The New Abnormal' adalah album keenam mereka yang dirilis pada 10 April tahun lalu, melalui Cult dan RCA Records. Album pertama mereka semenjak 'Comedown Machine' (2013). Album ini diproduksi oleh Rick Rubin dan direkam di studio Shangri-La miliknya di Malibu, California, dengan adanya rekaman tambahan yang berlangsung di studio di Los Angeles County dan Hawaii.

Penamaan album ini sendiri tercipta jauh sebelum kita dan mereka mengetahui seperti apa itu normal baru.  Dalam NY Post, Julian mengatakan"It feels so prescient because of the parallel between something like coronavirus," lalu penyanyi berumur 42 tahun itu melanjutkan, "But the name came from the [2018 California] fires, when Malibu basically burned down. Everything right around the studio where we were working burned down. And the governor [Jerry Brown] came up with that line." 

'The New Abnormal' membuat The Strokes terlihat tengah melakukan perjalanan bolak-balik dari era 'Is This It' dengan dana anggaran jelas lebih banyak', ke suatu penciptaan musik yang menghormati genre yang pernah sangat populer, new wave dan disko.
Ini adalah The Strokes yang lebih ambisius, Julian Cassablancas yang lebih mellow dan terkesan moody-an yang secara menyimpang mengerang seperti biasa ke mikrofonnya. Tetapi, suaranya yang baru ini lebih beragam, tampaknya dipengaruhi oleh masa-masanya di albumnya The Voidz 'Virtue'. 

Dia salah satu penyanyi rock yang serba bisa menurut saya, mampu melakukan falsetto yang cukup bagus untuk dikatakan jika dilihat dari vocal only-nya dia di Reptillia, bagaikan sebuah omelan yang tirani, dengan ketenangan dalam sebuah kamar gelap-- dengarkan lagu 'Eternal Summer', ada kualitas yin-yang pada suara Julian.  Di buka dengan suara falsetto yang cukup manis, yang sesekali berubah menjadi erangan yang cukup mendefinisikan suara Julian yang biasanya.  Sama intensenya dengan chorus pada lagu 'Not the Same Anymore'. Julian berusaha keras dengan mengerahkan teriakannya dengan melemparkan "yeah yeah yeah" yang cukup powerful ke pendengar.

Sementara itu, 'Bad Decisions' adalah lagu yang paling mewakili musikal 80-an di dalam album ini, dengan petikan gitar yang begitu catchy, dan lagu itu yang membuat saya jatuh hati pada album ini.

'The New Abnormal' jauh dari dapat saya prediksi, biasanya setelah lama tidak menciptakan album, sebuah band akan mencoba mendengarkan kembali album pertama dan mengubahnya ke sesuatu yang lebih mutakhir, namun tidak dengan The Strokes, mereka lebih memilih untuk melanjutkan perjalanan 'new wave'-nya yang sudah lebih dulu terasa di album-album sebelumnya.

'Brooklyn Bridge to Chorus' seperti sebuah lagu yang bilang kepada pendengarnya, bahwa kami (The Strokes) masih muda di usia yang tua, dan kami suka new wave. Sedangkan lagu 'At the Door', The Strokes menciptakan sebuah lagu balada. Terdengar seperti opera, tetapi kamu bakal dengan mudah membayangkan synth yang berulang digantikan oleh string chamber yang menyentak, saat Julian menyanyikan dengan hatinya.

Kurang lebih album 'The New Abnormal' membawa suasana murung, depresi, dan seseorang yang sedih tengah memaksakan diri untuk bahagia, namun tidak terlihat seperti memaksa. 'Drums please, Fab' dalam lagu 'Ode to the Mets adalah penggalan yang sangat ikonik dan sempurna dalam lagu itu. Bagaimana dengan tidak bergairahnya, Julian seperti men-summon Fabrizio untuk membuat lagu 'kegelisahan' ini menjadi lebih asik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun