Mohon tunggu...
Nuzula Rahmah
Nuzula Rahmah Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Metode Pembiasaan untuk Meminimalisir Terkikisnya Akhlakul Karimah

7 Maret 2018   06:08 Diperbarui: 14 Maret 2018   01:10 603
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.blogkhususdoa.com

"Nak, salim dulu" (bersalaman)

"Ambil pakai tangan kanan,nak"

"Jujur, jangan bohong!"  

"Nak, makanannya nanti dibagi sama teman-temannya"

Kata seruan diatas merupakan sepenggal cuplikan kata-kata untuk mengajarkan anak berakhlakul karimah.

Didikan orang tua kepada anak di waktu kecil sangat membekas sampai kapanpun dan dimanapun bahkan sampai ia dewasa sekalipun. Tiada orang tua yang menginginkan anaknya menjadi anak yang buruk akhlaknya, pastinya semua orang tua mengininkan anak yang baik dari sisi akhlak maupun akademisnya.

Readers! Masih ingatkah kalian di waktu kecil Ayah atau Ibu kita menyuruh kita bersalaman dengan siapapun tamu yang datang di rumah kita. "nak,salaman dulu dengan budhe", itu biasa kata-kata yang dilontarkan kepada kita oleh orang tua kita. "nak, nanti makananannya dibagi sama teman-teman ya" ini sebagai bentuk orang tua mengajarkan kita menjadi anak yang peduli dan suka berbagi dengan orang lain.

Orang tua sangat berperan penting dalam terbentuknya generasi berakhlakul karimah. Dalam Q.S At-tahrim: 6 dijelaskan bahwa tanggung jawab orang tua adalah menjaga diri dan anak-anaknya dari api neraka serta merawat, membesarkan, mendidik, dan membimbingnya. Hal ini menggambarkan bahwa pendidikan harus dimulai dari lingkungan keluarga dahulu sebelum anak mendapatkan pendidikan formal di sekolah.

Nah! permasalahan yang sekarang ini menjadi sorotan adalah masalah karakter peserta didik. Memang akhlakul karimah sekarang jarang disebut dalam dunia pendidikan, akan tetapi lebih seringnya disebut dengan pendidikan karakter. Akhlakul karimah yang mulai ditinggalkan oleh para generasi millenial. 

Kekerasan dimana-mana, tawuran antar pelajar terjadi, ucapan kata-kata yang tak senonoh dilontarkan, banyak anak yang memberontak kepada gurunya ketika di sekolah. Semua itu dianggap hal biasa yang dilakukan. Kesadaran akan perbuatan itu sangat kurang, sehingga menyebabkan dunia pendidikan kehilangan jati dirinya sebagai pembentuk karakter peserta didik.

Penanaman akhlakul karimah pada peserta didik harus di implementasikan sedini mungkin. Seorang pendidik harus menguasai bagaimana metode penanaman akhlakul karimah pada peserta didik. Berikut beberapa metode penanaman akhlakukul karimah pada diri peserta didik :

  • Metode uswah atau keteladanan. Contohnya seperti saat kita berbicara tidak boleh berbohong, karena pembohong sampai kapanpun tidak akan dipercayai oleh orang lain.
  • Metode amtsal atau perumpamaan. Contohnya seseorang yang memelihara dan menyayangi anak yatim, di surga kelak bagaikan jari telunjuk dan jari tengah dekatnya dengan Nabi Muhammad SAW.
  • Metode hiwar atau percakapan. Contohnya ketika anak berbicara dengan orang tua harus menggunakan bahasa yang sopan, santun, dan tidak dengan intonasi yang tinggi.
  • Metode pembiasaan. Contohnya ketika kita makan harus menggunakan tangan kanan dan berdo'a sebelum makan atau selalu bersalaman dengan siapapun ketika bertemu. Metode ini akan tertanam pada diri anak ketika dilakukan berulang-ulang.
  • Metode qishos atau cerita. Contohnya melalui cerita para nabi yang harus kita teladani, misalnya cerita nabi Nuh dan umatnya yang diuji oleh Allah dengan banjir bandang yang dahsyat, akan tetapi nabi Nuh menerima ujian itu dengan sabar dan ikhlas.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun