Mohon tunggu...
Nuurul ilaahi Rahmawati
Nuurul ilaahi Rahmawati Mohon Tunggu... -

Reading enlighten our live. Writing satisfy our soul. Praying empowering "everything".

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mewujudkan Pendidikan yang Menggembirakan

14 Juni 2015   21:08 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:03 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Berdasarkan Laporan World Economic Forum bertajuk Global Competitiveness Report tahun 2013-2014, peringkat daya saing Indonesia di berbagai bidang banyak yang berada di bawah Malaysia. Dan yang menjadi sorotan adalah pada kriteria daya saing bidang kesehatan dan pendidikan dasar, Indonesia mendapatkan peringkat 72 jauh di bawah Malaysia yang mendapatkan peringkat 33. Selain itu pada kriteria bidang pendidikan tinggi dan pelatihan pun Indonesia masih mendapatkan peringkat 64, sedangkan Malaysia mendapatkan peringkat 46 (data dikutip dari http://bpmpt.jabarprov.go.id) .

Hal ini seperti suatu ironi dalam dunia pendidikan Indonesia, karena pada tahun 60-an telah dikirimkan ribuan guru, dosen dan pengajar dari Indonesia ke seluruh pelosok Malaysia untuk turut membantu mensukseskan pendidikan di Malaysia. Sebagai sesama negara berkembang, memilili letak geografis yang berdekatan, sesama anggota ASEAN dan sebagai negara yang serumpun, ada point penting yang dapat kita pelajari dari Malaysia, fakta sejarah ini harus menyadarkan kita bahwa setelah Malaysia merdeka pada 31 Agustus 1957, kurang lebih 3 tahun kemudian, hal utama yang dibangun Malaysia adalah sektor pendidikannya (diantaranya dengan mengimport guru dari Indonesia), bukan sektor pertaniannya, ekonominya ataupun industrinya. Karena Malaysia sangat menyadari bahwa pendidikan adalah kunci kejayaan suatu bangsa. Apabila pendidikan suatu negara berkualitas maka sektor-sektor kehidupan lain akan mudah untuk dikuasai. Indonesia mampu mengejar ketertinggalan ini apabila pemerintah bersama dengan segenap masyarakat berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

Arti kata pendidikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran atau pelatihan. Pengubahan sikap dan tata laku ini tidak bisa dilakukan melalui proses yang bersifat memaksa, membebani, atau bahkan mungkin menyiksa. Proses pengubahan sikap dan tata laku ini harus melalui upaya pengajaran atau pelatihan yang menggembirakan. Contoh proses pendidikan yang memaksakan adalah saat siswa-siswa dituntut menghafalkan seluruh materi suatu pelajaran kata per kata, di mana justru akan menghilangkan kemampuan mereka untuk memahami makna dari suatu materi pelajaran. Proses yang membebani atau bahkan bisa jadi menyiksa adalah seperti menetapkan UAN sebagai penentu kelulusan dari tingkat SD sampai SMA. Alih-alih siswa-siswi belajar dengan gembira, mereka akan ketakutan tidak bisa lulus sekolah karena nilai UAN tidak mencukupi. Maka dari itu upaya pengajaran atau pelatihan ini harus dilakukan dengan cara-cara yang menggembirakan. Para pendidik (kepala sekolah, guru dan orang tua) sebaiknya melakukan beberapa pendekatan sebagai berikut :

  1. Memberikan ruang untuk bermain dan berkembang bersama alam.

Sebagian besar pendidikan dasar di Indonesia menitikberatkan kemampuan matematis sebagai tolak ukur utama kecerdasan suatu anak. Sudah menjadi pemahaman umum bahwa di Indonesia anak yang dikatakan cerdas adalah anak yang mendapatkan nilai matematika 9 atau 10. Bermain-main dianggap suatu hal yang kurang penting. Para pendidik dari orang tua maupun guru merasa apabila anak-anak diberi kebebasan bermain, hal tersebut akan mengganggu prestasi belajar mereka. Selain itu alih-alih memberi kesempatan anak-anak untuk bermain di alam bebas, orang tua masa kini memanjakan anak-anak mereka dengan gadget-gadget canggih dan mahal. Padahal pada majalah intisari Maret 2015 terdapat suatu artikel tentang sekolah Waldorf, anak-anak yang bersekolah di sekolah ini merupakan anak dari petinggi Google, Apple, E-bay, Yahoo! Dan Hawlett-Packard. Kelebihan sekolah ini adalah menghilangkan sama sekali penggunaaan tekhnologi dalam kegiatan belajar mengajar. Para murid mencatat pelajaran di buku tulis biasa dan secara rutin belajar dan bermain di tanah lapang atau lahan bercocok tanam milik sekolah. Kerajinan tangan dan prakarya pun masih diajarkan di sekolah ini, salah satunya adalah pelajaran merajut karena sekolah Waldorf meyakini merajut membantu anak-anak memahami pola dan matematika.

  1. Pendidikan yang mengajarkan persahabatan

Tak bisa dipungkiri bahwa infrastruktur (fasilitas sekolah maupun bangunan sekolah) masih menjadi permasalahan utama keberlangsungan pendidikan di Indonesia, terutama di daerah daerah non kota besar. Ada pelajaran yang bisa dipetik dari novel dan film Laskar Pelangi, sebuah novel yang berasal dari kisah nyata, dimana menceritakan kisah persahabatan siswa-siswi miskin di SD Muhammadiyah, Bangka Belitung yang notabene memiliki bangunan dan fasilitas sangat sederhana. Namun keterbatasan itu tidak membuat anak-anak miskin tersebut patah semangat untuk belajar. Mereka tetap bersemangat dan berbahagia menjalani proses pendidikan. Karena guru mereka, Ibu Muslimah mengajarkan mereka arti sebuah persahabatan. Dikutip dari Antaranews.com 23 Oktober 2013 Laskar Pelangi menjadi juara pertama pada New York Book Festival 2013. Sebagai guru SD saya selalu mengobservasi sikap dan tingkah laku anak didik saya, apabila mereka bertengkar, kami selaku guru dan kepala sekolah selalu mendamaikan serta mengajarkan tidak malu untuk meminta maaf dan tidak ragu untuk memberi maaf. Karena perdamaian adalah langkah awal suatu persahabatan yang kuat.

  1. Pendidik yang mendidik dengan hati dan cinta, serta memberikan apresiasi untuk setiap perkembangan anak didik.

Dalam dunia psikologi pemberian reinforcement positive seperti pujian, hadiah dsb bekerja lebih optimal daripada pemberian hukuman, terutama pada anak-anak. Pamela Lee, seorang professor fine arts dari Harvard University mengatakan “Anda tidak bisa mendidik anak-anak untuk bertingkah laku lebih baik dengan membuat mereka merasa buruk. Karena ketika anak-anak merasa dirinya anak yang baik maka mereka akan bertingkah laku lebih baik.” Orang tua, guru dan kepala sekolah sejatinya adalah pemimpin bagi anak-anak. Pemimpin yang bertugas membentuk pola pikir dan kepribadian mereka, serta membimbing mereka untuk meraih mimpi mereka. Sedangkan syarat utama untuk memimpin adalah mencintai siapa yang kita pimpin. Karena kita bisa mencintai orang tanpa memimpinnya namun kita tidak akan bisa memimpin orang dengan baik tanpa mencintainya.

  1. Proses pendidikan yang melibatkan berbagai kalangan masyarakat.

Ada kutipan bagus yang pernah disampaikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia saat ini, Bapak Anies Baswedan bahwa “Mendidik bukanlah tanggung jawab guru semata, mendidik adalah tanggung jawab seluruh masyarakat yang berpendidikan”. Kalimat ini seperti ajakan yang mampu menyalakan api semangat masyarakat Indonesia untuk turut berpartisipasi dalam proses pendidikan. Alih-alih hanya mengandalkan kegiatan belajar mengajar di kelas, proses pendidikan yang melibatkan berbagai kalangan masyarakat akan lebih menarik dan menggembirakan. Misalnya pada program televisi yang ditayangkan salah satu televisi swasta nasional Indonesia tentang pengenalan rambu-rambu lalu lintas dan tugas polisi kepada anak-anak TK di taman lalu lintas Bandung. Program televisi ini di jalankan langsung oleh Bripka Dewi Sri Mulyani yang kemudian menjadi pembicaraan di media social karena jargon beliau “Di situ saya kadang merasa sedih”.

Program pendidikan lain yang melibatkan berbagai kalangan masyarakat adalah Kelas Inspirasi. Kelas inspirasi mengundang berbagai kalangan masyarakat untuk berbagi cerita dan inspirasi tentang pekerjaan atau profesi mereka. Kalangan professional baik dokter, polisi, CEO dan lain lain mengajarkan anak-anak Sekolah Dasar berani untuk bermimpi, berani untuk bercita-cita tinggi melalui kisah tentang profesi mereka.

 

Apabila pendekatan-pendekatan tersebut dipakai untuk mewujudkan pendidikan menjadi sebuah proses yang menggembirakan, niscaya Indonesia mampu mengejar ketertinggalannya dibanding Malaysia dalam bidang pendidikan versi World Economic Forum. Meski peringkat daya saing Indonesia dalam bidang pendidikan jauh tertinggal namun sebenarnya Indonesia telah beberapa kali mengukir prestasi dalam bidang pendidikan. Diantara medali emasnya dengan menjadi juara umum olimpiade mate dan sains “The Wizard at Mathematics International Competition” (WIZMIC) 2014 di Lucknow, India. Pada kompetisi ini Indonesia meraih 8 medali emas, 5 medali perak dan 3 medali perunggu. Olimpiade ini diadakan pada 18-21 Oktober 2014. (news.metrotvnews.com 23 Oktober 2014).

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun