Mohon tunggu...
Anisah Muzammil
Anisah Muzammil Mohon Tunggu... Editor - Editor/Penulis

Penulis lepas/Editor/Mentor Ibu rumah tangga, 4 anak Penulis buku Jemuran Putus www.instagram.com/anisah_muzammil www.facebook.com/anisah.muzammil

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Tanpa Ibu, Kampung Halaman Tidak Lagi Dirindukan

25 April 2023   22:29 Diperbarui: 25 April 2023   22:30 1025
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perjalanan ke Jakarta (dok. pribadi)

Tak ada yang spesial di kampung halaman saya di Kota Jakarta. Setidaknya menurut pengamatan dan pengalaman saya sebagai anak seorang guru honorer dan tukang kue yang bisa dibilang memiliki tingkat ekonomi ke bawah.

Jakarta hanya sebuah kota besar yang memiliki kehidupan penuh perjuangan. Kemacetan, bus yang memiliki muatan penuh hingga penumpangnya meluber ke pintu, atau anak pelajar yang selalu ditolak bus ketika mencoba menyetopnya.

Saya lahir dan besar di Kedoya, Kecamatan Kebon Jeruk. Tidak ada sawah. Tidak ada pegunungan. Tidak ada kesejukan yang menjadi alasan untuk tetap berkunjung dan menetap di sana. Jakarta hanya sebuah kota yang rumit dan penuh kenafsian.

Satu-satunya yang membuat kampung halaman saya terasa spesial dan menyenangkan adalah keberadaan Ibu. Masakan Ibu, omelan Ibu, wejangan-wejangannya yang bahkan bisa lebih dari 20 ribu kata.

Ibu berprofesi sebagai tukang kue. Pastel, risol, dadar gulung, dan lemper adalah beberapa kue basah yang sering dibuat Ibu. Selain tukang kue, Ibu juga membuka lapak nasi uduk kecil-kecilan di belakang rumah.  Kadang saya ikut berkeliling menjajakan penganan yang dibuat Ibu atau mengantarkan beberapa nampan isi kue yang akan dititipkan di warung-warung.

Ah, saya jadi ingat ketika ibu pemilik warung mengomel hanya karena saya tidak memahami apa yang diucapkannya. Saya dengar dia mengumpat. Sakit hati saya.

Masa kecil saya masih di bawah kekuasaan orde lama. Saat itu terkenang tentang perjuangan Ibu dan Bapak membesarkan dan menyekolahkan kami. Mungkin itu yang membuat Ibu tak sempat lagi mengungkapkan kata sayang pada anak-anaknya. Ibu selalu sibuk mencari uang. Ibu mengungkapkan rasa sayangnya melalui perjuangan membesarkan kami.

Pastel buatan saya (dok pribadi)
Pastel buatan saya (dok pribadi)
Setiap dini hari di rumah kami yang sederhana selalu tercium aroma rempah dari tumisan kentang wortel untuk isian pastel. Aromanya sampai masuk ke kamar. Lalu, suara adonan yang dituangkan ke atas teplon ketika ibu membuat risol atau dadar gulung pukul dua pagi. 

Kadang saya terbangun sekadar melihat Ibu berdiri sambil menggoyang teplon. Kadang saya pura-pura tertidur dan menikmati irama dan wanginya adonan berperisa daun pandan. Saat itu saya bisa menebaknya, "Pasti Ibu sedang membuat dadar gulung."

Setelah itu, aroma pastel dan risol ketika digoreng pada subuh hari. Biasanya kakak sulung yang membantu menggorengnya. Semua itu melekat karena Ibu melakukannya semuanya secara manual. Tanpa cetakan. Kulit risol pun dibuat sendiri dengan penuh kesabaran. Bahkan hingga saya dewasa Ibu masih membuatnya. Pastel buatan Ibu sangat enak dan memiliki rasa yang sangat khas. Tetap renyah meskipun kondisinya sudah dingin.

Pastel buatan Ibu (dalam kondisi masih memakai colostomy bag) -dok pribadi-
Pastel buatan Ibu (dalam kondisi masih memakai colostomy bag) -dok pribadi-
Terakhir kali Ibu membuatkan pastel untuk saya ketika beliau sakit. Meskipun membawa kantung kolostomi di perutnya, Ibu tetap rajin membuat kue. Namun, kali ini tidak untuk dijual seperti dulu. Ibu kerap membuatnya jika anak-anak datang berkunjung ke Jakarta. Tenaga Ibu sudah tidak seperti dulu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun