Mohon tunggu...
Anisah Muzammil
Anisah Muzammil Mohon Tunggu... Editor - Editor/Penulis

Penulis lepas/Editor/Mentor Ibu rumah tangga, 4 anak Penulis buku Jemuran Putus www.instagram.com/anisah_muzammil www.facebook.com/anisah.muzammil

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Pilihan

Mudik Tak Ada yang Gratis, Semuanya Perlu Uang

15 April 2023   19:58 Diperbarui: 15 April 2023   20:01 1211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Terjebak di kemacetan (dok. pribadi)

Mudik sudah menjadi tradisi Masyarakat sejak zaman dahulu kala. Perkiraan sebanyak 8 dari 10 orang Indonesia pasti mudik. Jumlah populasi Indonesia yang sebagian besar adalah perantau, rutin melakukan tradisi tersebut setiap hari lebaran. 

Mudik bisa dianggap sebagai sebuah tradisi karena kegiatan ini melibatkan banyak aspek budaya dan sosial yang melekat pada kehidupan masyarakat Indonesia, seperti silaturahmi antarkeluarga, perayaan hari raya Idulfitri bersama, dan melestarikan nilai-nilai kebudayaan daerah asal. Selain itu, kegiatan mudik juga memiliki nilai-nilai sosial yang penting, seperti gotong royong, solidaritas, dan persaudaraan. Namun, tak jarang, mudik bisa jadi ajang flexing di kampung halaman atas kesuksesannya hidup di perantauan.

Sebelum pandemi Covid-19, jumlah masyarakat yang melakukan mudik mencapai 90%. Namun, pada tahun 2020-2021, pemerintah sempat membatasi, bahkan melarang aktivitas mudik demi mencegah meluasnya penyebaran virus. Hingga pada tahun 2022 jumlah pemudik kembali membludak hingga terjadi kemacetan di beberapa titik perjalanan.

Program mudik gratis yang diselenggarakan pemerintah sebelum pandemi Covid-19 mendapat sambutan baik dari masyarakat luas. Tahun 2013 adalah pertama kali pemerintah menyelenggarkaan mudik gratis. Saya termasuk yang pernah memanfaatkan program tersebut. Pada bulan Mei 2014 saya berhasil mendapatkan tiket mudik gratis untuk empat orang. Sayangnya, tiket tersebut tidak saya ambil pada hari H karena keterbatasan akomodasi. Akhirnya saya hanya bisa mendapatkan keseruan cerita mudik gratis tahun 2014.

Sebenarnya, mudik tidak ada yang gratis. Yang menggunakan kendaraan pribadi perlu membeli bensin dan membayar tiket tol. Yang ikut program pemerintah pun butuh pegangan uang untuk akomodasi tambahan dan operasional. Belum lagi menyediakan pengeluaran selama di kampung halaman.

Ya! Enggak ada yang gratis karena semua pakai duit. Oleh karena itu, banyak masyarakat yang melakukan segala macam upaya agar bisa pulang kampung untuk melepas rindu bersama keluarga, atau sekadar flexing kehidupan sosial di tempat perantauan.

Namun, apa pun situasinya, yang terpenting adalah bagaimana kita menciptakan perjalanan mudik yang aman dan nyaman. Berikut adalah tips yang saya ambil dari pengalaman mudik menggunakan kendaraan pribadi.

1. Membawa Obat-obatan
Ini penting banget. Persiapkan diri dengan baik sebelum berangkat, termasuk kesehatan fisik dan mental. Kalau migrain kumat, mendingan ditunda. Penderita migrain pasti tahu bahwa masalah ini sangat mengganggu dan tentunya perjalanan bakalan jadi enggak nyaman hanya gara-gara migrain. 

Pastikan untuk membawa perlengkapan dan obat-obatan yang diperlukan selama perjalanan, seperti obat pereda sakit kepala atau mual, serta selalu membawa masker dan hand sanitizer untuk menjaga kebersihan dan kesehatan.

2. Pilih Waktu dan Rute yang Tepat
Meskipun mungkin terasa seru mudik bareng sesama pemudik, sebaiknya hindari melakukan perjalanan pada puncak arus mudik. Pilih waktu beberapa hari sebelum puncak arus agar perjalanan bisa lebih lancar dan sampai ke tempat tujuan tepat waktu. Pilih rute yang nyaman dan sebaiknya berangkatlah pada pagi hari, terutama untuk Anda yang tidak biasa menyetir pada malam hari. Apalagi untuk Anda yang memiliki minus mata silindris. Perjalanan malam hari itu sangat tidak nyaman bagi penderitanya.

3. Cek Kendaraan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun