Mohon tunggu...
Paulinus Kanisius Ndoa
Paulinus Kanisius Ndoa Mohon Tunggu... Dosen - Sahabat Sejati

Bukan Ahli, hanya ingin berbagi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Life Hack Pilihan

Pensiun: Bukan Garis Finis Menjadi Orang Baik dan Berguna

12 Agustus 2021   08:12 Diperbarui: 12 Agustus 2021   09:49 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Life hack. Sumber ilustrasi: PEXELS/SeaReeds

Pensiun: bukan garis finis menjadi orang baik dan berguna

Tulisan ini bukan ungkapan atau curahatan hati seorang yang menjalani hidup pasca pensiun. Usia saya masih 40 tahun lebih sedikit. Karena itu saya masih jauh dari usia pensiun. Sekalipun demikian saya sering mendengar dan bahkan mengalami kebersamaan dengan seorang yang masuk kategori pasca pensiun.

Ketika saya bersama beliau saat itu yang bersangkutan berusia 75 tahun. Di usianya demikian beliau banyak membuat saya kagum dan belajar bagaimana kelak menjalani hari tua seperti beliau. Berikut ini beberapa point yang bisa saya rangkum dari pengalaman bersama beliau.

1). Pensiun, bukan garis finis menjadi orang baik dan berguna

Dalam banyak kesempatan saya dibuat kagum oleh rekan kerja saya ini, pastor sepuh, usia sudah menua tetapi semangatnya tak kelihatan memudar. Belum ada tanda-tanda menyerah, bahkan bisa saja menerima dengan gembira tugas baru seandainya diberi kesempatan oleh pimpinan.

Terus terang saya merasa beruntung karena pernah ditempatkan dalam tugas yang sama dengan beliau. Kadang saya dibuat malu sendiri dengan membandingkan semangat dan daya juang saya yang masih terpaut 40 tahun dibawahnya. Beliau luar biasa menurut saya.  Rela berjalan kaki puluhan kilo untuk mengunjungi umat di pedalaman, tetap saja sepulang dari tugas ini beliau tidak menampakan wajah letih apalagi menyerah. Singkatnya saya banyak menimba semangat dari beliau

Beliau seakan mematahkan mitos dan pandangan umum yang memandang usia tua sebagai usia yang tak berdaya, usia non produktif, usia bermanja-manja, usia pasrah pada keadaaan. Ini semua tidak berlaku dalam kamusnya. Beliau justru melakukan hal yang sebaliknya.

Bertolak dari pengalaman kebersamaan dengan beliau saya akhirnya yakin bahwa pensiun hanya soal usia tetapi bukan tentang produktivitas. Labelisasi pensiun itu lebih terkait batasan usia kerja dalam lembaga formal tertentu. Artinya, ketika memasuki usia sebagaimana dikategorikan sebagai usia pensiun maka seseorang dinyatakan tidak memiliki kewajiban kerja dalam lembaga tersebut.

Tetapi apakah dengan demikian mereka otomatis juga stop bekerja apapun di luar pekerjaan formal sebagaimana diemban sebelumnya? Apakah mereka otomatis kehilangan daya dan kehabisan energi untuk tetap produktif? Tampaknya tidak.

Banyak pejabat publik saat ini bahkan masih laris manis bekerja di bidang tugas baru Pasca pensiun. Pak Moeldoko yang saat ini menjabat kepala staf kepresidenan adalah seorang pensiunan TNI dengan tugas akhir sebagai panglima TNI tahun 2013-2015. 

Pak Luhut Binsar Panjaitan juga demikian. Seorang pensiunan TNI. Mereka berdua juga mematahkan mitos pensiun sebagai usia non produktif. saat ini mereka masih bisa berkontribusi untuk banyak orang.

Baru-baru ini, dalam lingkungan gereja katolik Paus Fransiskus menetapkan minggu terakhir dalam bulan Juli sebagai minggu kakek-nenek dan lansia. Beliau juga saat ini masih memimpin gereja katolik sedunia dalam usianya 80-an tahun. 

Menurut beliau "suara para lansia sangat berharga, karena menyanyikan puji-pujian bagi Tuhan, dan melestarikan akar bangsa-bangsa. Para lansia mengingatkan kita bahwa usia tua adalah anugerah, dan bahkan kakek nenek adalah penghubung antar generasi yang berbeda, meneruskan pengalaman hidup kepada orang muda'.

Ada tiga point yang bisa ditelaah dari pernyataan Paus Fransiskus, yakni:

  • Usia tua adalah anugerah. Maka pantas disyukuri. Ini seakan meyakinkan para lansia bahwa umur panjang yang mereka milliki ini adalah anugerah Tuhan. Maka mesti disyukuri. Wujud syukur itu terimplementasi melalui hal-hal yang produktif yang bisa bermanfaat untuk orang lain. ini semacam motivasi bagi para lansia untuk tidak menyerah dengan usia.
  • Para lansia bisa berkotribusi sesuai dengan kemampuan. Misalnya doa, berdoa untuk keluarga, untuk orang lain. Ini bentuk kontribusi yang berharga
  • Orang tua, para lansia adalah pewaris nilai kehidupan. Dari merekalah generasi muda menimba semangat dan nilai-nilai kehidupan. Hal ini memang tidak bisa dipungkiri. Dari merekalah enerasi muda menirima pewarisan nilai.

2). Mengapa beliau tetap aktif, produktif di usia tua?

Kembali ke pastor sepuh tadi, saya sedikit menemukan jawaban mengapa beliau tetap produktif di usia tua? Dari pengalaman kebersamaan dengan beliau, saya mengamati dan bahkan mendengar sendiri beberapa alasan mengapa dia tak kunjung berhenti berkarya mesti di usia sepuh, yakni:

  • Dia ingin tetap aktif. Menurut beliau hal ini yang membuatnya umur panjang. Beliau sebaliknya cemas kalau sudah diinapkan di rumah jompo. Karena bakalan jadi pasif,  dan ini bisa saja mempercepat kematian.
  • Ingin tetap dianggap 'bernilai'
  • Pekerjaan apapun adalah penunjuk bahwa kita masih berkualitas, kita memiliki sesuatu. Dan inilah yang menambah keyakinan diri kita bahwa kita masih bernilai.
  • Dia menemukan kebahagiaan dalam karya, walau pekerjaan itu melelahkan fisiknya tetapi membahagiakan batinnya.

3). Pembelajaran dari kebersamaan dengan beliau

Dari kebersamaan dengannya saya menemukan beberapa hal yang kiranya bisa kita lakukan terhadap mereka yang menjalani pasca pensiun, yang sepuh. Beberapa hal mesti kita lakukan dan juga kita hindari kita kita bersama dengan keluarga, atau rekan yang sudah berusia sepuh, yakni:

  • Tetap menempatkan mereka sebagai pihak yang 'penting'. Hindari sikap yang menunjukan peremehan kepada mereka. dengan cara ini kita sedang mengirim pesan tak langsung kepada mereka bahwa mereka tetap berharga. Karena umumnya perasaan tidak berguna kadang menimpa mereka yang berusia pasca pensiun. Ini gangguan psikis yang rentan menimpa usia pasca pensiun

  • Jangan pernah membandingkan kinerja kita dengan mereka, yang seakan mengatakan kepada mereka bahwa dulu mereka tidak seproduktif seperti kita. Ini sikap yang merendahkan mereka.

  • Sesekali ajak mereka bercerita tentang pengalaman masa lalu. Untuk hal ini pasti mereka bersemangat untuk bernostalgia. Dengarkan saja, bila perlu sedikit menyanjung. Ini adalah bentuk apresiasi kita kepada mereka yang sudah berbuat banyak untuk kita di masa lalu.

  • Sesekali libatkan mereka dalam pengambilan keputusan. Dengarkan nasihat mereka.

Demikian secuil kisah pengalaman kebersamaan dengan seorang yang bisa dikategorikan usia pasca pensiun tetapi de fakto beliau menunjukan  diri sebagai orang muda yang enerjik, tidak memudar semangatnya dan tetap berusaha untuk menjadi orang baik dan berguna.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Life Hack Selengkapnya
Lihat Life Hack Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun