Mohon tunggu...
Paulinus Kanisius Ndoa
Paulinus Kanisius Ndoa Mohon Tunggu... Dosen - Sahabat Sejati

Bukan Ahli, hanya ingin berbagi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Keterangan Vaksin dan PCR Palsu: Niatan Suci Ternodai Pemalsuan

30 Juli 2021   05:44 Diperbarui: 30 Juli 2021   10:44 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Viral. Sumber ilustrasi: PIXABAY/ktphotography

Niatan suci Ternodai Sejumlah Pemalsuan

Beberapa hari yang lalu ketika sedang makan bersama di ruang makan, seorang rekan berkomentar 'aneh orang Indonesia, apa saja bisa dipalsukan'. Komentar ini untuk menanggapi pemberitaan di salah satu stasiun Televisi tentang penangkapan dua orang pemalsu surat bebas covid-19. Diberitakan bahwa salah seorang dari mereka bahkan dengan terang-terangan mempromosikan aksi ini lewat akun Facebook.

 Masih terkait dengan ini juga diberitakan tentang kejadian di bandara Edward Osok Sorong, Satgas covid-19 menanagkap seorang penumpang pesawat rute Jakarta-Makasar-Sorong yang teridentifikasi membawa kartu vaksin dan surat keterangan hasil negatif covid-19 berdasarkan metode PCR palsu. Yang bersangkutan ditangkap sesaat setelah tiba di bandara Edward osok Sorong.

Karena penasaran sekaligus ingin membuktikan pernyataan teman saya di atas akhirnya saya mencoba menelusuri jejak digital maupun tertulis yang berkaitan dengan aksi pemalsuan yang terjadi di tanah air tercinta ini. Ternyata benar komentar rekan saya di atas. Betapa tidak, saya berhasil menemukan sejumlah pemberitaan yang dirilis oleh beberapa media yang terkait dengan itu, yakni:

  • Satgas Covid-19 Kota Sorong menangkap seorang penumpang pesawat Sriwijaya Air rute penerbangan Jakarta-Makassar-Sorong berinisial SS (48). SS ditangkap karena ketahuan membawa kartu vaksin Covid-19 dan surat keterangan hasil negatif Covid-19 berdasarkan metode polymerase chain reaction (PCR) palsu. (KOMPAS.com)
  • Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas III Palangka Raya, Kalimantan Tengah, menemukan lima kasus dugaan pemalsuan dokumen hasil tes Covid-19 yang digunakan sebagai syarat perjalanan. (Merdeka.com)
  • Jajaran Polres Metro Jakarta Selatan mengamankan dua orang berinisial J dan ID, di kawasan Melawai, Jakarta Selatan, pada Senin (26/7). Keduanya diamankan polisi terkait dengan penjualan dan pembuatan sertifikat PCR palsu. (merdeka com)
  • Anggota Kepolisian Resor Kota Baubau, Sulawesi Tenggara, menangkap terduga pelaku pembuat surat vaksin palsu untuk penumpang kapal PT Pelni yang ditemukan oleh Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 Kota Sorong, Papua Barat.
  • Lima pelaku pembuat surat polymerase chain reaction (PCR) palsu ditangkap. Mereka sudah mengeluarkan 11 surat PCR palsu, kata Kapolrestro Jakarta Timur Kombes Pol Erwin Kurniawan di Mapolrestro Jakarta Timur, Jumat, 23 Juli 2021. (Medcom.Id)
  • iNews.id merangkum 14 kasus pemalsuan surat Rapid test di berbagai daerah di Indonesia

Hemat saya sejumlah kejadian ini adalah bentuk penodaan niat suci sejumlah pihak entah pemerintah serta seluruh elemen bangsa ini termasuk kita masyarakat Indonesia yang berjuang mati-matian untuk menanggulangi penyebaran covid-19 di tanah air ini. Miris rasanya. Di tengah upaya baik muncul juga kaum nakal yang mencoba mengais keuntungan dibalik resiko 'nyawa dan kemanusiaan". Niat suci dinodai pemalsuan. Saya meyakini segala kebijakan terkait dengan syarat-syarat perjalanan adalah salah satu bagian dari strategi dan niatan luhur dari pemerintah untuk menekan penyebaran virus covid-19.

Apa mau dikata, itulah Indonesia. Itulah kita. Rasanya berlebihan jika kita katakan inilah mentalitas kita. Kayak menghina diri sendiri. Tetapi sudahlah, kadang perlu juga kita mengakui diri kita yang sesungguhnya. Sambil terus berniat membenahi kembali.

Kalau ini adalah bagian dari kebiasaan kita, lantas kita bertanya penyebabnya apa sih. Salahnya dimana. Apakah kita tidak punya cukup pedoman dan lembaga yang menularkan etika, moralitas dan nilai-nilai yang seharusnya dimiliki sebagai manusia? hemat saya masyarakat Indonesia bukan kekurangan 'ikon, figur dan ajaran'. Keluarga, sekolah dan lembaga keagamaan telah banyak menularkan sejumlah ajaran, nilai-nilai yang baik, yang harus dipilih dan dipegang.

Soalnya sekarang ada pada masing-masing individu. Mau mengamalkan atau tidak? Mereka bukan tak yakin dengan kebenaran, bukan pula tidak tahu resiko dunia-akirat yang ditanggung atas perbuatannya. Mereka melakukan semuanya bukan atas ketidaktahuan. Mereka sadar betul bahwa perbuatannya itu melanggar norma, etika dan bahkan ajaran keagamaan.

Lantas apa penyebabnya? Untuk menemukan penyebab pasti tentu butuh penelusuran dan riset yang memadai. Dunia ilmu pengetahuan mewajibkan demikian. Tetapi secara akal sehat kita bisa memprediksi dari fenomena umum. Karena itu, walaupun secara pribadi saya tidak bisa memastikan penyebab yang mendasarinya, tetapi saya berusaha untuk menakar ini semua dari sudut pandang analisis saya yang terbatas.

Hemat saya perbuatan-perbuatan ini bisa saja dipengaruhi oleh beberapa faktor dan mentalitas yang merasuki manusia modern.

a.  Mentalitas individualistik. Sejumlah penelitian membuktikan bahwa manusia modern cenderung individualistik. Hal ini juga berpengaruh pada pilihan perbuatan: yang penting aku aman. Yang penting urusan perjalananku lancar. Dampak terhadap orang lain bukan urusanku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun