Mohon tunggu...
Nuryahya Aditya Putra
Nuryahya Aditya Putra Mohon Tunggu... Guru - Guru di SMKN 2 Blora

Hoby saya menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran Pendidikan Formal terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Desa

10 Desember 2022   16:01 Diperbarui: 10 Desember 2022   16:07 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Menurut Wikipedia Pendidikan formal merupakan pendidikan di sekolah yang di peroleh secara teratur, sistematis, bertingkat atau berjenjang, dan dengan mengikuti syarat-syarat yang jelas (SD, SMP, SMA). Pendidikan formal ini menjadi dasar seseorang untuk melanjutkan ke jenjang lebih tinggi atau langsung masuk ke dunia kerja. Pada pendidikan formal ini tentu banyak proses mulai dari mengenal lingkungan bermain sampai ke lingkungan kerja. Berbicara soal pendidikan formal pasti ada kaitannya dengan perekonomian suatu daerah entah itu kota ataupun desa. Karena pendidikan seseorang bisa meningkatkan perekonomian disuatu daerah tertentu.

Dengan adanya pendidikan seseorang bisa bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup dan sebagainya. Di sini saya akan membahas mengenai pengaruh pendidikan formal terhadap perekonomian penduduk di desa. Mayoritas penduduk desa tidak terlalu mementingkan pendidikan yang menyebabkan kualitas hidup kurang layak/tidak tercukupi. Kebanyakan orang tua di desa menyarankan anak-anaknya untuk tidak melanjutkan ke jenjang lebih tinggi (kuliah). Ekonomi masyarakat desa ditopang oleh beberapa sektor pendapatan , salah satunya pertanian.Sektor pertanian adalah bidang utama yang menjadi mata pencarian penduduk desa. 

Desa memberikan peranan yang sangat vital sebagai pertahanan pangan suatu negara. Mereka berpikir bahwa mayoritas penduduk desa menjadi petani harus diteruskan ke anak cucunya . Alasannya karena banyak lahan yang dimiliki orang tua dan menjadi warisan anaknya ,jadi mau tidak mau harus diteruskan. Mayoritas penduduk masih memiliki pemikiran wanita pada akhirnya akan menjadi ibu rumah tangga yang tugasnya masak,macak,manak atau lebih dikenal 3M . 

Tidak perlu sekolah tinggi karena pada akhirnya akan bekerja di dapur. Realita sebenarnya Wanita wajib berpendidikan tinggi, karena anak yang cerdas akan terlahir dari ibu yang cerdas. Selain itu , setelah berkeluarga ibu merupakan tempat belajar pertama untuk anak. Pendidikan juga memengaruhi pasangan yang akan kita dapat misal sesorang yang lulus S3 akan mendapatkan pasangan yang pendidikan S3, tidak mungkin mendapatkan seorang buruh bahkan pengangguran. Karena jodoh merupakan cerminan diri, biasanya jodoh tidak jauh dari lingkungan temapt tinggal atau lingkungan kerja kita. 

Ditambah lagi biaya hidup yang harus ditanggung harus seimbang atau lebih dengan penghasilan yang diperoleh .Tetapi mindhet ini tidak digunakan oleh penduduk desa yang akhirnya menyebabkan kualitas hidup yang kurang cukup (miskin).

Kita mengambil contoh dari kota” besar: orang tuanya berjuang mati-matian untuk menyekolahkan anaknya sampai jenjang tinggi bahkan rela menjual harta yang dimiliki untuk kebahagiaan atau kesuksesan anaknya. Saya pernah membaca sebuah artikel orang tua yang mengantarkan anaknya sukses disebuah kota Yogyakarta. 

Di Ketandan, Imogiri Bantul, Yogyakarta, Yuniati hanyalah seorang buruh cuci yang setiap hari bergelut dengan tumpukan pakaian kotor demi mencari sesuap nasi penyambung hidup. Namun siapa kira meski hanya seorang buruh cuci, istri dari Febdi Nuryanto itu mampu mengantarkan kedua buah hatinya meraih pendidikan tinggi.

Anak pertamanya Satya Candra Wibawa Sakti (29) berhasil melanjutkan pendidikan hingga jenjang doktor di Universitas Hokaido Jepang berkat beasiswa dari Dikti. Sementara anak kedua Octaviani Ratna Cahyani (26) telah lulus dari Akademi Perawat Bethesda dan kini berkarir di Rumah sakit Harjo Lukito Yogyakarta. Yuniati rela harus berutang sana sini demi mencari biaya sekolah anaknya karena berharap kedua buah hatinya bisa menjadi orang hebat dan lebih baik darinya. “Kata tetangga makan saja cari utangan kok malah menguliahkan anak,” ujarnya mengenang masa-masa sulit. 

Sementara dari Flores, Petrosa Dua Ate atau akrab disapa Pepy rela turun naik kapal demi mencari nafkah bagi ketiga anaknya pasca-meninggalnya suami tercinta Yakobus Ponang. Mulai dari berjualan bubur kacang hijau hingga barang-barang secara kredit ia lakoni agar ketiga anaknya dapat sekolah. “Saya bertekad anak-anak harus sarjana, karena ayahnya bercita-cita seperti itu,” kenangnya. Karena itu ia memilih untuk menyekolahkan ketiga anaknya ke luar Flores mengingat pendidikan di daerah itu belum begitu memadai. Akhirnya tiga anaknya, Edwin, Matheus Paaceli dan Yolis mampu menyelesaikan sekolah hingga sarjana dan kini telah bekerja bahkan membangun perusahaan sendiri.

Berdasarkan permasalahan yang terjadi didesa akibat pendidikan yang kurang dipentingkan kita bisa mengambil solusi di atas dengan mengubah pola pikir penduduk desa dan berani mengambil langkah sendiri untuk masa depan. Kita bisa melanjutkan ke jenjang sarjana tanpa biaya orang tua, melalui jalur beasiswa yang disediakan pemerintah Indonesia. 

Selain melalui beasiswa, kita juga bisa melanjutkan perguruan tinggi sambal bekerja. Apalagi zaman sekarang pekerjaan banyak sekali yang bis akita manfaatkan dari media social yang meliputi youtube, shope, tiktok. Kita sebagai anak harus bisa meyakinkan orang tua kita, bahwa Pendidikan sangat penting untuk kehidupan dan kelayakan hidup dimasa depan lebih baik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun