Mohon tunggu...
NuryadinFadli
NuryadinFadli Mohon Tunggu... Administrasi - Guru

senantiasa belajar menemukan hal baru

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Pacaran, Antara Gaya Hidup dan Tuntunan Moral

12 November 2022   10:03 Diperbarui: 12 November 2022   10:15 404
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Love. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Prostooleh

Saat anak mulai remaja dan dengan otomatis mulai mengenal cinta, itulah masa dimana orang tua mulai khawatir. kekhawatiran pertama tentu karena saat anak mulai remaja dan apalagi mempunyai pacar, orang tua tidak lagi menjadi yang prioritas. Ada pihak lain yang dia dengarkan kata-katanya, yang dia jadikan pertimbangan untuk mengambil keputusan disamping orang tua. Saat sebelum remaja peran orang tua adalah segalanya bagi si anak, sementara sesudah remaja dia mulai memiliki pertimbangan lain untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan salah satunya adalah pacarnya. 

Sebagai seorang guru saya termasuk yang tidak mengizinkan anak didik saya untuk pacaran. Saya akan merasa sedih saat mendengar bahwa ada salah satu siswi saya hamil diluar nikah. Dengan otomatis dia akan menjadi bahan cacian ditengah masyarakat, dan orang tuanya dicap sebagai orang tua yang tidak bisa menjaga anaknya. 

 Suka kepada lawan jenis itu adalah naluri bawaan yang Tuhan titipkan untuk sesama manusia dan harus disalurkan lewat jalur yang halal yaitu adanya pernikahan yang sah. Pacaran apapun bentuknya, mulai dari yang dibilang sehat katanya sampai pada yang pacaran yang berlebihan lebih ke mengarah sex bebas, semua itu tidak baik untuk dilakukan. Setiap manusia pasti memiliki rasa suka dengan lawan jenis yang mulai dia rasakan mungkin ada yang sejak di bangku SMP, atau ada yang mulai mengagumi teman lawan jenisnya sejak masa SMA. 

Bagaimana kemudian apakah rasa cinta ini harus diungkapkan? menurut hemat saya rasa cinta itu tidaklah harus diungkapkan, cukup disimpan dalam hati, sampai tiba saatnya serius ingin menikah dan membangun sebuah keluarga kecil dengan penuh tanggungjawab, maka dia baru mengungkapkan cintanya itu kepada lawan jenis pilihannya untuk diajak menikah. Dan ekspresi cinta itu bisa sepenuhnya diwyjudkan saat setelah menikah dan saat semuanya sudah menjadi sah.  

Sebagai manusia indonesia yang menjunjung niali nilai pancasila, menjunjung nilai ketuhanan Yang Maha Esa, bahwa ajaran ajaran Tuhan di semua agama itu dijunjung tinggi oleh pemeluk agama masing masing. Maka selayaknya pacaran tidak dijadikan gaya hidup, karena lebih mengarah kepada hal hal yang negatif yaitu perzinahan yang dilegalkan. Dan perzinahan sebagaimana kita tahu dalam semua agama melarangnya dan melabelinya sebagai dosabesar. Hamil diluar pernikahan yang sah di negara kita yang menjunjung tinggi adat ketimuran adalah tetap hal memalukan walau kian hari kasus hamil diluar nikah makin banyak terjadi.  

Dan sepertinya hanya orang orang atheis yang menganggap bahwa perzinahan itu legal. Karena dalam agama manapun yang mengajarkan kebaikan, Zina itu adalah hal kotor yang harus di jauhi. 

Tetapi menularkan virus anti pacaran ini tidaklah mudah ditengah tengah media yang senantiasa mengkampanyeukan bahwa pacaran itu keren. jomblo itu tidak laku dan kurang pergaulan. lihatlah film-film remaja yang kian hari tiada lain senantiasa menggambarkan bahwa pacaran itu keren. Hidup itu lebih indah dengan pacaran. Remaja tidak pacaran adalah remaja yang tidak laku. kiranya itulah kampanye-kampanye negatif tentang pacaran. Maka pesan moralnya adalah mari jaga anak-anak kita dan lingkungan kita dari gaya hidup bahwa pacaran itu keren.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun