Mohon tunggu...
Nury Ajalah
Nury Ajalah Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kisah Kebaikan si Banteng kepada si Beringin, "Goodbye Yesterday, Hello Tomorrow"

19 Januari 2017   02:33 Diperbarui: 19 Januari 2017   03:05 841
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Gambar: Tempo.co

Tidak ada kawan dan lawan Abadi dalam politik. Yang ada hanya kepentingan.Dalam politik, adagium ini mungkin sudah tidak asing lagi. Sudah menjadi jimat dan pedoman bagi para politkus negeri ini. Maka jangan heran bila sepanjang sejarah berdirinya bangsa ini, grup musik asal Jogja Sheila on 7 tak pernah diundang oleh DPR untuk manggung. Karena Sheila on 7 merupakan grup musik pencipta lagu “Sahabat Sejati.” Sebab, bagi para politisi tanah air tak pernah kenal dengn yang namanya “sahabat sejati.” Yang mereka kenal hanyalah “kepentingan.

Adagium ini mungkin sangat relevan dengan apa yang dialami oleh si Beringin dan si Banteng. Di era 70-80-an, dua kelompok itu menjadi kelompok tergarang dalam sejarah republik ini. Akibat dari kebesaran dua kelompok tersebut, di gang-gang kecil di seluruh pelosok tanah air, dipenuhi dua warna favorit, yakni merah dan kuning. Bahkan tak jarang kita temui di berbagai daerah, acap kali berlayar, para nelayan dengan rasa bangganya mengibarkan bendera kuning berlambang beringin pada perahunya. Juga tak jarang kita lihat, gardu-gardu kecil berwarna merah, dengan gambar Banteng bermoncong putih.

32 tahun si Beringin keramat menguasai negeri ini, sedang si Banteng tetap konsisten bersama para marhein. Bisa dilacak di berbagai sumber, bagaimana kekejaman si Beringin terhadap si Banteng. Jika si Banteng berulah, si Beringin tidak akan segan-segan membantai si Banteng hingga tak berkutik. Puluhan tahun si Banteng porak poranda akibat kekejaman si Beringin.

Si Banteng sempat ingin bangkit, tapi sayang kalah sama si Kebo. Akhirnya, 10 tahun si Banteng kembali gelisah, galau, dan merana. Si Banteng tetap konsisten bersama para marhein, tapi lagi-lagi tak bisa berkutik. Sekali berkutik, si Kebo juga tak akan segan-segan menyeruduk si Banteng. Kekejaman si Beringin terhadap si Banteng terbilang lebih parah bila dibandingkan dengan kekejaman si Kebo. Karena si Kebo hanya 10 tahun, sedangkan si Beringin membantai si Banteng selama 32 tahun.

Perjuangan konsisten selama 32 + 10 tahun bersama para marhein tidak sia-sia. Si Banteng akhirnya berkuasa berkat ketenaran si “kurus.” Pertanyaannya, masihkah si Banteng tetap konsisten bersama para marhein? Dan akankah si Banteng akan balas dendam kepada si Beringin, yang telah membantainya selama puluhan tahun?. Ternyata oh ternyata, TIDAK SAMA SEKALI.

Si Banteng ini memang baik sekali. Si Banteng memang pemaaf, tapi HANYA kepada si Beringin, TIDAK kepada si Kebo dan si si lainnya. Si Kebo selalu kena getahnya. Kasus Munir, Kebo yang salah. Ada demo besar, si Kebo lagi yang salah. Pokoknya apa yang terjadi pada si Banteng, si Kebo yang salah. Bila si Kebo kemana-mana, si Banteng selalu curiga dan Baper. Si Kebo ke Suramadu, si Banteng ke Hambalang. Si Kebo memang nasib.

Lalu bagaimana nasib si Beringin?.

Si Beringin aman, tentram, sejahtera, sentosa, makmur abadi selamanya. Dosa-dosa si Beringin diampuni oleh si Banteng. Tragedi kekejaman si Beringin terhadap si Banteng selama 32 tahun dilupakan begitu saja. Mahkota Parlemen kembali diberikan kepada Si “Papa Minta Saham” oleh si Banteng. Selain itu, mahkota “Perindustrian” juga diberikan kepada si Beringin oleh si Banteng. Duh, baik sekali si Banteng ini!

Si Banteng begitu mesra dengan si Beringin. Kabarnya, di Pemilu mendatang, si Banteng akan berkolaborasi dengan si Beringin. Si Banteng mengusulkan Undang-undang ke parlemen, dan si Beringin yang gegap gempita mengawalnya. Tak hanya itu, si Beringin sampai membentuk tim kerja untuk merumuskan dan mengawal RUU Pemilu bersama si “Brewok.”

Benar kata pepatah, “Goodbye Yesterday, Hello Tomorrow.” Untuk meraih dan mempertahankan mahkota, si Banteng memang harus meninggalkan dan melupakan masalalunya. Meski Beringin pernah kejam, itu bukan soal. Hal terpenting, si Banteng dan si Beringin sama-sama sukses merebut mahkota republik ini.

Kisah kebaikanmu, sungguh menginspirasi, wahai si Banteng!

End__

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun