Mohon tunggu...
Nur WardahArafah
Nur WardahArafah Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Selanjutnya

Tutup

Money

Hanya Bisa Berharap, Pandemi Semoga Usai

22 Juni 2021   19:50 Diperbarui: 22 Juni 2021   19:53 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Pagi hari, di kontrakan rumah kecil, di sudut ruangan dapur sekitar jam 6 pagi ia sedang mempersiapkan dagangannya, dan bersiap untuk menuju tempat dimana ia akan mencari pundi uang. Beberapa gorengan, makanan manis seperti agar-agar, jagung manis dan susu, sereal, serta beberapa camilan kecil adalah yang ia jual hari ini. Ya, dia adalah seorang ibu rumah tangga, yang memiliki dua anak yang untungnya kini sudah memasuki usia dewasa dan remaja.

Setiap harinya, ia diantar oleh suaminya yang sudah lama tidak bekerja, karena beberapa waktu lalu suaminya yang tak ia duga diberikan musibah. Bekerja di salah satu perusahaan swasta, lalu ia dikeluarkan karena suatu hal. Lalu ia bekerja lagi diusia yang masih dibilang tidak terlalu tua, di perusahaan media cetak majalah. Tak lama, ia terpaksa dikeluarkan, karena perusahaan tak lagi sejalan dengan apa yang direncanakan. Beberapa waktu setelahnya, ia menganggur cukup lama. Rumahnya yang ia sekarang tempati, kini harus berpindah milik kepada orang lain, karena terdapat tuntutan yang harus ia bayar secepatnya. Kemudian, dengan berat hati ia dan keluarga harus beradaptasi dengan apa yang terjadi di depan matanya sendiri. Berpindah dari yang dahulu hidup di rumah yang cukup besar dan nyaman, kini harus hidup disebuah kontrakan kecil tiga sekat, yang menurutnya cukup untuk hidup berempat. 

Di kontrakan ini, ia tidak bekerja, motor miliknya pun ikut berpindah milik kepada orang lain. Entah apa yang ada dipikirannya saat itu, ia hanya mengandalkan investasi yang sebelumnya ia jalankan dengan orang lain, dan ada rasa sedikit menyesal, karena rekan yang ia ajak untuk berinvestasi tidak jelas keberadaannya.

Tak lama ia mendengar kabar, bahwa rekan investasinya meninggal. Ditanya kejelasan mengenai kelanjutan uang yang ia berikan untuk investasi kepada keluarga rekannya tersebut, mereka tidak mengetahui apa-apa. Waktu itu, ia bingung harus bagaimana.

Untung anak pertamanya sudah lulus SMA, dan setelah acara perpisahaan tak lama ia mendapatkan pekerjaan, sebagai pegawai supermarket. Kala itu kehidupannya sehari-hari hanya mengandalkan uang dari hasil kerja anak pertamanya.

Berselang waktu cukup lama, suaminya mendapatkan tawaran kerja untuk menjadi security di perusahaan rumahan distributor es krim. Hidupnya saat itu cukup aman, ia sudah mendapatkan pekerjaan. anak pertamanya sudah bekerja, dan anak terakhirnya menjual beberapa camilan ringan dan camilan berat di sekolahnya.

Waktu terus berlalu, kala itu sudah memasuki pertengahan bulan Ramadhan. Tradisi yang harus ia jalani pada saat itu adalah bersuka cita Hari Raya di kampung halamannya. Ia beserta anak dan istrinya menyempatkan untuk melaksanakan tradisi tersebut. Dan tak lama ia harus pulang kembali ke tempat tinggalnya, karena ada pekerjaan yang harus ia jalankan. Sedangkan anak kedua dan istrinya tetap dikampung halaman.

Hari Raya telah tiba, setelah keceriaan karena bisa bersuka cita dikampung halaman, istrinya mendapatkan telepon dari anak pertamanya, ada kabar buruk saat itu, "bapak terkena stroke ringan", katanya.

Istrinya kaget, tak tau harus apa. Dan dari kejadian itu, ia tak lagi bekerja karena setelah sembuh pun, usia ia tak lagi muda, dan terdapat sisa sisa tanda stroke yang masih terlihat. Seperti ling-lung, dan gerak lambat. Bahkan akhir-akhir ini, stroke ringannya kambuh kembali. 

Hari pun terus berlalu, keadaan ekonomi berbalik kepada keadaan semula. Mengandalkan uang kebutuhan sehari-hari dari anak pertamanya, dan istrinya diberi kesempatan untuk berjualan makanan di salah satu Sekolah Dasar. 

------

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun