Tentang perjalanan kita, tidak ada yang bisa menduga akhirnya. Kita tumbuh bersama: menemukan sumber kesenangan, kadang berbagi, tapi seringkali sendiri-sendiri. Engkau suka buku luar biasa, aku senang berjalan-jalan. Lain waktu, kita janji bersama-sama. Aku mengantarmu ke perpustakaan, tempat favoritmu, sembari mengambil satu buku. Engkau tekun luar bisa memeriksa isu buku, sementara aku cuma menyisir daftar isi. Berlama-lama di perpustakaan membuatku ngantuk, aku berkilah. Kau mengiyakan sembari bergegas ke pojok peminjaman. Baiklah, kita jalan-jalan, dan kau tetap sibuk membuka bukumu di tengah deru asap yang terus mengaduk nafas kita.
Aku jadi sadar, tepatnya merasa berdosa, mengajakmu jalan-jalan. Tapi kau memang dasar orang baik hati, tak mau mengecewakan temanmu ini. Kau mengikuti dengan sabar, senyum cerah tapi mata tak konsentrasi. Momen ini segera berlalu, mungkin. Tapi buatku, ini tak pernah menemui kata akhir. Mengenang kejadian itu seperti memelihara rasa bersalah. Bukan berarti engkau pendendam--engkau tak pernah menyalahkanku. Hanya saja, memaksa orang nyaman seperti kita terkadang mendatangkan rasa tak nyaman yang lebih luar biasa [Bersambung]